Cibubur, 22 Muharram 1436/15 November 2014 (MINA) – Banyak orang salah kaprah dalam memberikan standarisasi kemuliaan seseorang karena hanya dilihat pada benda yang dapat diraba dan dilihat oleh mata.
“Kita seringkali salah memberikan standariasi kemuliaan kepada seseorang, asal dia kaya, punya jabatan, kita menganggap dia mulia, padahal itu salah,” kata Abul Hidayat Saeradji, dai sekaligus penulis buku yang berjudul “25 Karakter Orang Beriman” di Masjid Silaturrahim, Kalimanggis-Cibubur, Sabtu.
Menurut dia, dimensi nilai manusia terletak pada iman dan amalnya, bukan pada jabatan, harta yang dimiliki atau segala sesuatu yang tampak.
Abul Hidayat yang juga pengisi Radio Silaturrahim frekuensi 720 AM itu mengatakan, akibat dari penilaian materialistis yang keliru tersebut, lahirlah pandangan dan langkah hidup yang menitik-beratkan pada perlindungan matematis dan pragmatis.
Baca Juga: Menag Tekankan Pentingnya Diplomasi Agama dan Green Theology untuk Pelestarian Lingkungan
“Jika itu terjadi, kemudian perkembangan selanjutnya meniadakan metafisik serta kufur kepada yang ghaib,” katanya kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Dia juga menambahkan perbedaan presfektif tersebut sangat jauh berbeda.
“Orang kafir memandang kehidupan dunia adalah segala-galanya. Sementara orang beriman memandang kehidupan dunia dengan dua arah, vertikal dan horizontal atau yang kita kenal habblu minallah wa habblu minannas,” tuturnya.
Dia menyebutkan, dua arah ini yang akan membawa manusia pada kepada kesuksesan dunia akhirat. Dan yang pasti semuanya telah ada dan diatur lengkap dalam syari’at Islam.
Baca Juga: Menhan: 25 Nakes TNI akan Diberangkatkan ke Gaza, Jalankan Misi Kemanusiaan
“Semuanya sudah ada dalam Al-Qur’an dan Assunah, tinggal kita mengamalkan saja dengan meneladani Rasulullah Shalallahu’Alaihi Wa Salam,” tambahnya.(L/P004/r01)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: BMKG: Waspada Gelombang Tinggi di Sejumlah Perairan Indonesia