Jakarta, MINA – Program pembiayaan dari dana wakaf produktif yang tersalurkan melalui penggerak Social Trustfund (STF) Dompet Dhuafa bersama OK OCE Indonesia bertujuan untuk membuka jalan serta mencapai solusi ketahanan pangan.
Kali ini peruntukan tersebut bagi petani, yakni petani penggarap dan pemilik lahan di wilayah Sukabumi, binaan pesantren Al Muhtadin, demikian keterangan yang diterima MINA.
Sandiaga Uno, Founder OK OCE Indonesia, dalam webinar Wakaf Produktif Solusi di Tengah Krisis, bersama Dompet Dhuafa dan OK OCE Indonesia, pada Ahad (6/9), mengatakan masih ada beberapa sektor yang masih survive.
“Salah satunya adalah sektor pangan. Kita telah terbangun dari tidur nyenyak dan tingkat pengangguran naik. Sekitar 15 juta masyarakat kehilangan mata pencaharian. Alhamduliah pertanian masih tumbuh. Masih ada sektor yang menyumbang tenaga kerja terbesar. Seperti panen raya ini, ekonomi bergerak di desa,” katanya.
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
Ia juga menambahkan bahwa dengan adanya wakaf produktif, menjadi wujud nyata yang menjelaskan pahala dan amal, tidak habis, serta terus tumbuh. Selain hadirnya makanan dari pertanian, ada juga tumbuhnya lapangan kerja di tengah pandemi.
“Ini kita dapat menyebutnya green jobs. Lapangan kerja berbasis pangan,” jelas Sandi.
Sementara Ketua Yayasan Dompet Dhuafa Republika, Nasyith Majidi memaparkan bahwa di Indonesia, zakat, infak, sedekah dan wakaf (Ziswaf) belum menjadi tradisi dalam pengelolaan produktif. Bukan hanya menggalakan wakaf produktif, namun juga mulai mengembangkan zakat produktif di Indonesia.
Menrutnya, zakat produktif sangat layak dikembangkan di Indonesia dan menjadi salah satu instrumen dari solusi bagi penyelesaian atau jawaban beberapa persoalan perekonomian di Indonesia. Bahwa persoalan utama yang terjadi di petani adalah modal awal atau biaya yang terlalu besar.
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
“Dapat kita cari solusi dari zakat maupun wakaf produktif. Di pertanian Sukabumi sudah terlihat pengaplikasiannya. Adanya program di ketahanan pangan berbasis masyarakat pesantren kerjasama OK OCE dengan Dompet Dhuafa. Mudah-mudahan dapat mengkloningnya ke dalam program-program yang lebih besar,” papar Nasyith Majidi.
“Kami berharap, pemerintah dapat mengadopsi kerjasama dalam program ketahanan pangan tersebut. Bahwa keterlibatan private publik partnership bukan hanya untuk gerakan yang sifatnya sosial biasa, namun untuk gerakan-gerakan yang sifatnya untuk ketahanan ekonomi. Mudah-mudahan ke depan OK OCE bersama Dompet Dhuafa dapat membuat program-program yang lebih lagi sebagai solusi kebangsaan, solusi ketahanan pangan, solusi pemberdayaan ekonomi dan pada akhirnya kita menjadi bagian dari bangsa. Bukan hanya melihat persoalan, namun menjadi pengurai masalah,” tambah Nasyith.
Harapannya, kedepan akan lebih banyak lagi kolaborasi penggerak yg bergabung, seperti di sektor distribusi ada OK OCE Express, pemasaran hasil panen ada OK OCE DC, Sahara, PIN, Qopnet, dan lain-lain. Mengingat dua target utama program adalah penciptaan lapangan kerja. Dalam hal ini petani penggarap. Dari 50 hektar sawah, telah membuka lapangan kerja baru bagi 100 orang. Sebelumnya penghasilan mereka dengan sistem ijon sangat kecil atau bahkan tidak ada. Melalui program wakaf produktif, petani akan mendapat penghasilan Rp. 7-10 jt sekali panen.
Bobby Manulang, General Manager Pengembangan Wakaf Dompet Dhuafa, turut memaparkan bahwa ini adalah nyata bahwa wakaf produktif secara langsung memberikan bukti.
Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon
Selain Wakaf produktif di pertanian, STF Dompet Dhuafa sebagai penggerak juga menyalurkan pembiayaan UMKM anggota OK OCE yang terhimpun dari dana Wakaf Produktif melalui program pendampingan. sehingga akan semakin banyak yang terbantu dan berdaya. (R/R8/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: OJK Dorong Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah untuk Santri di Kalteng