Save the Children: Keluarga di Somalia Tak Miliki Makanan akibat kekeringan

Mogadishu, MINA – Badan Amal yang fokus masalah anak-anak Save the Children peringatkan jutaan orang dipaksa keluar dari rumah mereka di untuk mencari makanan dan air sebagai akibat dari kekeringan parah yang dihadapi negara itu.

Mereka mengatakan, dampaknya terhadap keluarga dirasakan lebih parah musim ini karena akibat dari kekeringan yang berkepanjangan dan berturut-turut dengan cepat, situasi keamanan yang memburuk, serangan belalang gurun, melonjaknya harga pangan, berkurangnya pengiriman uang dan lebih sedikit uang yang dikeluarkan oleh donor untuk merespons hal itu, MEMO melaporkan pada Kamis (10/2).

Penilaian Save the Children yang dilakukan pada November 2021, dan mencakup 15 dari 18 wilayah Somalia, menemukan bahwa mayoritas keluarga sekarang pergi tanpa makan secara teratur. Hampir 60 persen rumah tangga melaporkan setidaknya satu orang dalam keluarga mereka telah kehilangan sumber pendapatan, sebagian besar karena kematian ternak secara keseluruhan dan lebih dari sepertiga rumah tangga termasuk setidaknya satu orang pergi tanpa makanan selama periode 24 jam.

Somalia telah mengalami tiga krisis kekeringan besar dalam dekade terakhir; pada 2011/2012, 2016/2017, dan sekarang pada 2021/2022.

Laporan Save the Children muncul beberapa hari setelah PBB memperingatkan sekitar 13 juta orang terbangun dengan kelaparan parah setiap hari di Tanduk Afrika sebagai akibat dari kekeringan.

“Tiga musim hujan yang gagal berturut-turut di Ethiopia, Kenya dan Somalia, telah merusak tanaman dan menyebabkan kematian ternak yang sangat tinggi, sementara kekurangan air dan padang rumput memaksa keluarga dari rumah mereka dan memicu konflik antar masyarakat,” kata Michael Dunford, Direktur Regional di Biro Regional WFP untuk Afrika Timur.

“Panen rusak, ternak mati, dan kelaparan meningkat karena kekeringan berulang mempengaruhi Tanduk Afrika,” ujarnya.

Omar (bukan nama sebenarnya), seorang ayah dari sebuah desa di distrik Beledweyne di Somalia selatan, mengatakan: “Kami biasa memberi makan anak-anak tiga kali sehari, tetapi sekarang sulit untuk memberi mereka makan bahkan dua kali, jadi kebanyakan hanya satu kali sehari.”

“Kami mampu bertahan hari demi hari selama kekeringan sebelumnya, tetapi yang ini lebih kering dari sebelumnya, dengan air yang semakin sulit ditemukan. Kami tidak punya makanan, dan ternak mati,” kata Omar.

“Orang-orang mungkin mati dalam kekeringan ini, jika kita tidak dapat menemukan bantuan,” ujarnya. (T/R7/P2)

 

Mi’raj News Agency  (MINA)