Washington, MINA – Amerika Serikat (AS) menyebut operasi militer Myanmar terhadap populasi etnis Rohingya adalah “pembersihan etnis” dan Menteri Luar Negeri Rex Tillerson mengancamkan sanksi terhadap mereka yang bertanggung jawab.
“Situasi di Negara Bagian Rakhine utara merupakan pembersihan etnis terhadap Rohingya,” kata Tillerson dalam sebuah pernyataan. Istilah itu dia hindari saat berkunjung ke Myanmar pekan lalu. Demikian BD News24 memberitakannya yang dikutip MINA.
Ia juga mengatakan, melalui undang-undang AS akan diajukan sanksi bagi mereka yang bertanggung jawab atas dugaan pelanggaran dalam krisis Rohingya tersebut.
Pemantau HAM menuduh militer Myanmar melakukan kekejaman, termasuk pembunuhan, pemerkosaan massal dan pembakaran, terhadap warga Rohingya di utara Rakhine selama operasi pembersihan yang dilakukan sejak 25 Agustus.
Baca Juga: Ratu Elizabeth II Yakin Setiap Warga Israel adalah Teroris
Lebih dari 620.000 Muslim Rohingya terpaksa meninggalkan Rakhine untuk menyelamatkan diri dari pembunuhan oleh militer dengan menyeberang ke Banglades.
“Pelanggaran ini oleh beberapa orang di antara militer Birma (Myanmar), pasukan keamanan, dan warga setempat yang telah menyebabkan penderitaan luar biasa dan memaksa ratusan ribu pria, wanita, dan anak-anak untuk meninggalkan rumah mereka,” kata Tillerson.
Menurutnya, tidak ada provokasi yang bisa membenarkan kekejaman mengerikan yang telah terjadi di Negara Bagian Rakhine. (T/RI-1/RS3)
Baca Juga: AS Pertimbangkan Hapus HTS dari Daftar Teroris
Mi’raj News Agency (MINA)