Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Segera Berdiri, Sekolah Islam Al-Azhar di Cihideung Pandeglang

Rana Setiawan - Sabtu, 13 Oktober 2018 - 13:58 WIB

Sabtu, 13 Oktober 2018 - 13:58 WIB

5 Views

Jakarta, MINA – Tidak lama lagi di Kampung Cihideung, Desa Batubantar, Kecamatan Cimanuk, Kabupaten Pandeglang akan berdiri Sekolah Islam Al-Azhar atas kerjasama Yayasan Al-Mujahidin Cihideung Cimanuk (YAMCC) Pandeglang dengan Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar (YPIA).

“Kami bangga, di Cihideung akan segera berdiri sekolah Islam Al-Azhar. Berdirinya sekolah Islam ini tentu akan menambah jumlah sekolah yang sama di wilayah Provinsi Banten,” kata salah seorang Pendiri, sekaligus Pembina YAMCC Pandeglang, Aat Surya Safaat kepada pers di Jakarta, Sabtu.

Menurut Direktur Pemberitaan Kantor Berita ANTARA 2016-1017 yang juga pernah menjadi Kepala Biro ANTARA di New York itu, khusus di Provinsi Banten, Sekolah Islam Al-Azhar sebelumnya sudah berdiri di Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kabupaten Tangerang, Kota Serang, dan Kota Cilegon.

Aat juga menjelaskan, para pengurus YPIA sepakat untuk segera mengirimkan tim survey ke Cihideung Pandeglang guna melihat kesiapan fisik yang akan menjadi lokasi sekolah Al-Azhar di sana.

Baca Juga: Wamenag Sampaikan Komitmen Tingkatkan Kesejahteraan Guru dan Perbaiki Infrastruktur Pendidikan 

Lokasi dan ruang kelas yang ada sementara ini masih ditempati Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Cihideung Pandeglang. Sekolah tersebut akan pindah ke lokasi yang tidak begitu jauh dari Kampung Cihideung pada awal tahun depan (2019).

 Sekolah Islam Al-Azhar nanti (yang baru akan beroperasi pada tingkat TK dan SD) akan langsung menempati lokasi yang ditinggalkan MAN tersebut karena status lahan dan sebagian besar bangunannya adalah milik warga Cihideung dengan status tanah wakaf.

Aat juga menjelaskan, audiensi para pengurus YAMCC Pandeglang dengan ketuanya Drs. H. Salman Sunardi, M.Pd dengan pengurus YPIA yang dipimpin ketuanya Drs. Sobirin HS berlangsung di Jakarta pada 10 Oktober 2018.

Pada kesempatan itu, salah seorang Pendiri yang juga Ketua Pembina YAMCC H. Muflich Rafiuddin menyatakan optimistis Al-Azhar Cihideung memiliki prospek cerah. Selain karena lokasinya strategis di pinggir jalur utama Labuan-Pandeglang, nama Kampung Cihideung itu sendiri sudah dikenal luas sejak zaman perang Kemerdekaan.

Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun

Menurut mantan pengajar di lingkungan YPIA dan pionir pembangunan sekolah Al-Azhar di beberapa daerah itu, pada masa lalu banyak tokoh nasional yang berkunjung ke Cihideung, menemui tokoh kharismatis dan pejuang kemerdekaan yang lahir dan berdomisili di sana,  alm. H. Mustofa (H. Apo).

Ia menjelaskan, H. Mustofa adalah seorang pejuang yang membela rakyat dari penjajahan Belanda serta pejuang pendidikan untuk mencerdaskan ummat, karena almarhum juga membangun Pendidikan Madrasah Islam Indonesia di Cihideung.

Dikatakannya, Buya Hamka ketika bertemu H. Mustofa tertarik dengan nama Majelis Ulama yang sudah ada Cihideung. Kemudian Buya meminta kesepakatan para ulama dan terbentuklah Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada 26 Juli 1975 di Jakarta.

Selain Buya Hamka, beberapa tokoh nasional yang pernah menemui H. Mustofa di Cihideung antara lain Bung Tomo (pejuang kemerdekaan dari Surabaya) dan Dr. Muhammad Natsir (Perdana Menteri pertama RI, Menteri Penerangan, dan tokoh internasional di dunia Islam).

Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru

Kemudian Prof. Mr. Kasman Singodimejo SH (Jaksa Agung Indonesia periode 1945 sampai 1946 yang juga Ketua Komite Nasional Indonesia Pusat yang menjadi cikal bakal dari Dewan Perwakilan Rakyat – DPR).

Tokoh lain adalah Mr. Syafrudin Prawiranegara (Kepala Pemerintah Darurat RI serta Gubernur Bank Sentral pertama RI yang juga pernah menjadi Menteri Keuangan). Lalu Mr. Mohammad Roem (salah seorang tokoh dari Konferensi Meja Bundar yang diselenggarakan 23 Agustus – 2 November 1949 di Den Haag Belanda).

Beberapa tokoh Parpol Masyumi juga pernah menemui H. Mustofa di Cihideung, yakni Prawoto Mangkusasmito dan KH. Abdullah Salim, selain juga juga KH. Sholeh Iskandar dan KH. EZ. Muttaqin, tokoh pejuang yang memiliki integritas dan komitmen tinggi dalam memperjuangkan agama, bangsa, dan negara. (L/R01)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia

Rekomendasi untuk Anda

Pendidikan dan IPTEK