Jeddah, 11 Ramadhan 1438/6 Juni 2017 (MINA) – Sebanyak tujuh negara yakni Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, Mesir, Libya, Maladewa, dan Yaman telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar pada hari Senin (5/6). Mereka menuduh Qatar mendukung terorisme.
Bahrain sebelumnya telah mengumumkan bahwa pihaknya telah memutuskan semua hubungan dengan Qatar. Setelah keputusan Arab Saudi, Uni Emirat Arab juga mengumumkan telah memutuskan hubungan dengan Qatar.
Saudi, UEA dan Bahrain memberi batas waktu dua pekan kepada warga negara Qatar untuk meninggalkan ketiga negara Arab itu, demikian laporan IINA yang dikutip MINA.
Kementerian Luar Negeri Bahrain menyampaikan, akan menarik misi diplomatiknya di Doha dalam kurun waktu 48 jam.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Bahrain juga memerintahkan agar seluruh diplomat Qatar meninggalkan negaranya dalam periode waktu yang sama.
Bergabung dengan tiga negara anggota Dewan Kerjasama untuk Negara Arab di Teluk (GCC) ini, Mesir, Yaman, Libya, dan Maladewa juga memutuskan untuk memutuskan semua hubungan diplomatik dengan Qatar.
Tiga negara GCC mengumumkan rencana untuk mengurangi lalu lintas udara dan laut ke negara semenanjung itu dan melarang warga negara dari tiga negara Teluk melakukan perjalanan ke Qatar. Langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Doha.
Saudi Press Agency (SPA) melaporkan, Arab Saudi mengatakan, pasukan Qatar akan ditarik dari perang yang sedang berlangsung di Yaman. Qatar adalah bagian dari Koalisi Arab yang mendukung pemerintah Presiden Yaman Abed Rabbo Mansour Hadi yang diakui PBB dalam perangnya dengan Houthi dan sekutunya.
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Pemutusan hubungan diplomatik dengan Qatar diperkirakan juga irkan akan mempengaruhi Qatar Airways, salah satu maskapai penerbangan jarak jauh terkemuka di dunia saat ini, yang dimiliki Qatar.
SPA melaporkan bahwa Arab Saudi telah mengambil “tindakan penting ini sebagai akibat dari pelanggaran serius oleh pihak berwenang di Doha, secara pribadi dan publik.”
Saudi menuding Qatar membekingi kelompok-kelompok militan yang sebagian lainnya didukung Iran. Qatar juga dituduh menyiarkan ideologi mereka ke dunia Arab lewat stasiun televisi Al-Jazeera.
“Qatar merangkul kelompok-kelompok teroris dan sektarian yang punya tujuan mengganggu stabilitas kawasan, termasuk Ikhwanul Muslimin, ISIS dan Alqaeda, serta mempromosikan pesan dan skema-skema kelompok-kelompok ini lewat media mereka secara terus menerus,” kata kantor berita Saudi SPA.
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan
Saudi menuduh Qatar menyokong para militan dukungan Iran di Provinsi Qatif dan Bahrain yang kebanyakan penduduknya Syiah.
Langkah mereka telah membuka bagian terburuk dari perpecahan beberapa tahun belakangan ini di antara negara-negara paling kuat di dunia Arab yang banyak di antaranya merupakan anggota OPEC.
Qatar seketika pada hari yang sama mengecam keputusan negara-negara yang memutuskan hubungan diplomatik dengan negara itu, dengan mengatakan bahwa keputusan tersebut ‘tidak dapat dibenarkan’.
Qatar juga merupakan tempat bagi Pangkalan Udara Al-Udeid yang luasnya mencapai 20 mil di barat daya Qatar, markas bagi Komando Pusat Militer Amerika Serikat (AS) dan sekitar 10.000 tentara AS. Tidak jelas apakah keputusan tersebut akan memengaruhi operasi militer AS.
Baca Juga: KBRI Damaskus Evakuasi 37 WNI dari Suriah
Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson mengatakan kepada wartawan di Sydney pada hari Senin bahwa pertengkaran tersebut tidak akan memengaruhi perang melawan militan ekstremis dan Washington telah mendorong sekutu-sekutu Teluk untuk menyelesaikan perbedaan mereka. (T/R01/P1
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Jejak Masjid Umayyah di Damaskus Tempat al-Jawlani Sampaikan Pidato Kemenangan