Sekditjen. Pendis : Jangan Buat Nomenklatur “Keranjang Sampah”

Jakarta, 5 Sya’ban 1437 / 13 Mei 2016 (MINA) – Sekretaris Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama, Isom Yusqi mengatakan setiap pemimpin pasti ingin ada sesuatu hal yang jembleger, strategis dan terwujud, di masa kepemimpinannya.

Oleh karena itu, agar Pendis mempunyai program yang monumental maka sudah tidak jamannya lagi membuat nomenklatur program dan kegiatan yang tidak aplikatif dan cenderung menjadi program keranjang sampah. Katanya pada rapat penyusunan Program Kerja, Anggaran dan Kegiatan Bagian Umum yang diadakan di Bekasi seperti yang disiarkan dalam keterangan pers dan dikutip Mi’raj Islamic Iews Agency (MINA), Jumat.

Setditjen Pendis mengatakan, publik sudah mengerti bahwa prioritas pada pemerintah kali ini adalah infrastruktur. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) harus diwujudkan dalam bentuk fisik, untuk belanja modal sehingga bisa kelihatan.

“Nomenklatur Pendidikan Agama Islam Yang Bermutu misalnya, akan menimbulkan banyak makna dan penafsiran. Ini akan jadi sasaran pemeriksaan. Penamaan program dan kegiatan seharusnya langsung dikuantifikasi, misalnya Peningkatan Baca Tulis Al Qur`an, 10-ribu anak. Jadi dalam nomenklatur harus terukur, jelas, tepat sasaran, obyeknya bisa dijangkau, dan locusnya jelas,” demikian Isom.

Menanggapi eksistensi madrasah yang ternyata kurang dalam kuantitasnya, Isom kembali menegaskan bahwa ke depan, penambahan jumlah madrasah harus ditingkatkan serta pembenahan pengelolaan madrasah. Ini juga akibat dari perencanaan program yang kurang akurat.

“Jumlah madrasah di dekat Ibu Kota, Kab. Bogor misalnya sangat sedikit. MTsN hanya ada 4 dan itupun tanahnya milik Pemda atau tanah wakaf, Aliyah ada 3. Di Kota Bogor, MTsN hanya 1, Aliyah hanya 2, dan MIN 1. Oleh karana itu merencanakan harus dengan data yang valid,” cetus Isom yang beberapa hari lalu monitoring Ujian Nasional MTs di daerah Bogor.

Lanjut Isom, dalam pembuatan program maupun kegiatan jangan muluk-muluk. Benahi dulu yang ada serta analisa terlebih dahulu program yang dimaui oleh masyarakat, bukan program atas kemauan kita.

“Membuat program diversifikasi madrasah dan pembuatan madrasah unggulan adalah penting namun penguatan pengelolaan exsisting madrasah dan penambahan madrasah biasa jauh lebih diperlukan,” ungkapnya. (T/ima/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.