Sebuah Desa Turki Seluruh Warganya Tidak Merokok

Yozgat, MINA – Sebanyak 180 warga penghuni desa Haydarbeyli di Anatolia, , tak satu pun dari mereka yang merokok. Beberapa orang yang dulu pernah merokok kini telah berhenti, demikian Daily Sabah melaporkan pada Senin (3/12).

Salah satu warga, Muhsin Varol, mengatakan, dia merokok selama lebih dari 13 tahun sebelum memutuskan untuk berhenti dari kebiasaan tersebut.

“Saya berhenti merokok, sama seperti semua penghuni di sini. Kami juga mengatur kelompok jalan-jalan siang dan malam untuk tetap sehat,” katanya.

Kepala desa, Rifat Eraslan mengatakan, setiap penduduk desa mendukung satu sama lain untuk menyingkirkan kebiasaan berbahaya ini. Presidens Turki juga mendukung kampanye anti-merokok kami.

Yasin Uğurlu, penduduk lain, memutuskan untuk berhenti merokok setelah empat tahun. “Semua orang tahu betul tentang bahaya merokok dapat menyebabkan kematian, tetapi kebanyakan orang memilih untuk mengabaikannya,” ujarnya.

“Namun, di Haydarbeyli, kami memilih untuk tidak merokok. Saat ini semua orang senang. Rumah, mobil, dan jalan kita tidak berbau rokok. Kami tidak ingin siapa pun yang datang ke sini dari tempat lain untuk merokok di desa kami. Ketika kita memiliki pengunjung, para perokok tidak merokok karena mereka merasa malu. Anda tidak dapat menemukan satu batang rokok di desa kami,” tambah Uğurlu.

Dalam pengakuan resmi dan penghargaan atas upaya-upaya lokal ini, presiden provinsi Yeşilay, Halil İbrahim Coşkun, mengunjungi desa dan mengatakan, dia ingin berterima kasih kepada mereka atas keputusan mereka.
“Saya berharap orang lain akan mengikuti contoh yang telah mereka tetapkan dan kita akan menyingkirkan kebiasaan merokok sama sekali,” tambahnya.

Menurut Daily Sabah, ada 3,3 miliar perkiraan perokok di seluruh dunia dan setiap tahun hampir lima juta orang kehilangan nyawa karena penyakit yang berhubungan dengan merokok.

Seorang perokok berisiko tinggi terkena penyakit saluran pernapasan, faringitis kronis, laringitis, infeksi berulang, gangguan pita suara pada wanita, kanker tenggorokan, bronkitis rekuren, pneumonia, emfisema, paru-paru dan jenis kanker lainnya.

Perokok lebih memungkinkan menderita kanker paru-paru dibandingkan dengan non-perokok. Risiko mereka terkena kanker gingiva adalah 5 hingga 14 kali lebih tinggi, sementara kanker lidah adalah 4 hingga 33 kali, dan kanker tenggorokan adalah 7 hingga 16 kali lebih tinggi.

Menurut  sebuah artikel 2006 yang lditerbitkan oleh British Medical Journal, tingkat merokok pada umumnya tinggi di negara-negara Muslim.

Tercatat tingkat tertinggi di antara pria ditemukan di Yaman 77% dan di Indonesia 69%. Yaman juga memiliki prevalensi merokok tertinggi di antara wanita, hampir sepertiga ditemukan merokok.

Studi ini melaporkan bahwa negara-negara Muslim lainnya dengan tingkat merokok yang tinggi adalah Tunisia 62% pria, Guinea 59% pria dan Turki 51% pria. (T/hnh/RI-1)

Mi’raj News Agency (MINA)