Semangka Israel Membanjiri Tepi Barat

Meskipun tumpukan semangka tampak indah pada musim panen di Lembah Jordan utara, namun hal itu tetap menjadi bagian dari situasi konflik dengan penjajah Israel, yang tidak dapat dipisahkan dari rencana-rencana Israel lainnya di wilayah ini.

Salah seorang , Ayman Sawafta dari Kardala bercerita tentang panennya, yang dia tinggalkan membusuk di tanahnya setelah otoritas penjajah Israel membanjiri pasar Palestina dengan semangka Israel bersamaan di saat semangka-semangka Palestina mulai matang, dengan tujuan untuk menghantam pasar-pasar Palestina.

Dalam menghadapi hantaman keras terhadap para petani semangka di Lembah Yordan utara itu, lembaga-lembaga swasta dan kelompok-kelompok berbasis masyarakat yang aktif menentang pemukiman telah meluncurkan kampanye masyarakat untuk memasarkan semangka di kota-kota Tepi Barat dengan tujuan mengurangi kerugian petani. Namun hal itu tidak menyelesaikan masalah.

Sawafta dan sejumlah rekannya mempertanyakan peran pemerintah Palestina yang berbicara tentang berlepas diri dari penjajah Israel dan menyatakan perlawanannya terhadap proyek pencaplokan Tepi Barat. Mereka menegaskan, petani di Lembah Yordan berdiri sendirian di garis depan menghadapi berbagai gerombolan penjajah Zionis secara politis, militer, dan ekonomi.

Membanjiri pasar tanpa pengawasan

Sawafta mengatakan, dia bersama rekan-rekannya tidak menginginkan kompensasi dari pemerintah. Akan tetapi jika pemerintah mengambil keputusan serius mencegah masuknya semangka Israel ke pasar-pasar kota dan kota-kota besar yang memungkinkannya mengendalikan pasar-pasar tersebut, mereka akan sangat bersyukur.

Menurut mereka, menjadi hal yang sulit dipahami membiarkan masuknya semangka Israel tanpa kontrol seperti saat ini.

“Yang dibutuhkan adalah memperketat masuknya semangka Israel selama sebulan saja dalam periode ini. Dengan begitu kami dapat memasarkan semua hasil panen kami. Akan tetapi hal itu tidak terjadi,” kata Sawafta.

“Ketika kami protes, mereka menjawab tidak memiliki kontrol atas wilayah Zona C. Ketika kami mengatakan, bagaimana dengan wilayah Zona B? Mereka diam dan tidak memberikan jawaban yang meyakinkan,” imbuhnya.

Di tanah Deir dan Sakut di perbatasan Yordania di utara Lembah Yordan, petani Ali Daraghimeh marah. Dia berkata,

“Siapa pun yang tidak mengerti apa yang sedang terjadi, dengan mengolah tanah ini kami sedang melawan dan menghadapi permukiman Yahudi dan pencaplokan. Kami melawan tindakan penjajah Israel yang membanjiri pasar-pasar Palestina dengan hasil panen kami. Mereka melakukan itu secara sistematis agar kami meninggalkan tanah ini.”

Lebih dari seribu hektar di wilayah tersebut ditanami dengan semangka. Lebih dari seratus petani menderita kerugian besar pada musim ini. Mereka menilai, tempat itu dibiarkan dijajah Israel tanpa kebijakan yang efektif untuk menghadapi rencana pencaplokan dan pengusiran yang mereka lakukan. Daraghmeh menegaskan, suatu saat penyesalan akan datang.

“Orang yang menyelundupkan semangka Israel adalah mereka yang memiliki jiwa-jiwa lemah. Nama-nama mereka sudah kami laporkan. Pihak berwajib sudah mengetahui mereka di Bita, Nablus, Qabatiya, Hebron atau yang lainnya. Kami sebutkan mereka nama-namanya, lantas kenapa mereka tidak dikejar?”

“Kami sampai pada tahap membiarkan semangka membusuk di tanah, karena biaya pengumpulannya lebih besar daripada hasilnya secara finansial. Ini adalah kejahatan nasional murni. Dan ketika kami terpaksa menjual satu kilo dengan seharga setengah syekel, maka ini adalah kejahatan yang lebih besar.”

Ali Daraghimeh mempertanyakan komitmen pemerintah.

“Di mana rencana klaster pertanian di Lembah Yordan yang diumumkan oleh pemerintah? Pertanian adalah sumber perlawanan terdepan di Lembah Yordan. Dan para petani adalah satu-satunya prajurit yang ada di wilayah itu.” (A/R2/P1)

Sumber: Palestinian Information Center (PIC)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.