Sentimen Anti-Muslim Hambat Penanganan Covid-19 di India

Petugas kesehatan melakukan cek virus Corona dari rumah ke rumah di India (foto Getty Images).

New Delhi, MINA – Berkembangnya sentimen anti-Muslim di India dianggap menghambat otoritas setempat dalam menangani penyebaran virus corona atau Covid-19.

Hal tersebut awalnya muncul ketika rumah sakit kanker Valentis membuat iklan di sebuah surat kabar yang berbau diskriminasi.

Rumah sakit tersebut tanpa basa-basi mengatakan, orang Muslim yang berobat ke Valentis wajib menyertakan hasil laboratorium untuk membuktikan mereka tidak membawa virus corona.

Pihak RS Valentis kemudian meminta maaf sehari setelah iklan itu. “Kami minta maaf, kami tidak bermaksud menyakiti orang Muslim,” tulis mereka dalam pernyataan seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (29/4).

Bahkan belakangan ini, marak ujaran kebencian yang tersebar melalui pesan instan dan media sosial, sehingga membuat warga Muslim ragu melaporkan kondisi kesehatan mereka yang sebenarnya.

“Saat ini, ada ketakutan besar di kalangan komunitas Muslim. Kebencian terhadap mereka bikin orang Muslim merasa tidak aman. Sebagian merasa bersalah karena berpikir dirinya telah ikut andil menyebarkan virus,” kata Asisten Komisioner di pemerintah kawasan Mumbai.

Sentimen kebencian tersebut juga muncul ketika pada akhir Maret, 200 warga Muslim, termasuk imigran dari Indonesia dan Malaysia, menghadiri acara Tabligh Akbar yang dinilai tak sesuai imbauan pembatasan sosial. Ratusan orang dinyatakan positif virus corona akibat kegiatan itu.

Puncaknya, pekan lalu, aparat Mumbai, New Delhi dan sekitarnya mendapat banyak laporan masuk soal peristiwa penjarahan dan kekerasan terhadap orang-orang Muslim.

Hingga saat ini, sudah ada 21.700 lebih kasus Covid-19 terkonfirmasi di India. Sebanyak 4.325 orang dinyatakan sembuh, tapi 686 orang meninggal dunia. (T/RE1/RS2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.