Sepuluh Hari Terakhir Ramadhan, Imaamul Muslimin Ajak Umat Islam I’tikaf

Cileungsi, MINA – Imaamul Muslimin Syaikh Yakhsyallah Mansur mengajak umat Islam untuk ber-I’tikaf (berdiam diri di Masjid) saat 1443 H telah memasuki sepuluh hari terakhir sebagaimana dicontohkan Rasulullah ‘Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

“Kami memohon agar para Waliyul Imaam menyampaikan anjuran kepada para Ikhwan beserta keluarganya untuk melaksanakan I’tikaf  sepuluh terakhir Ramadhan dengan memperhatikan hal-hal berikut,” kata Imaam dalam keterangan di Cileungsi, Jumat (22/4).

Pertama, I’tikaf adalah ibadah yang utama dan mulia yang disyariatkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala  dan disunnahkan Rasulullah ‘Shallallahu ‘Alaihi w Sallam, para sahabat beserta istri-istri Rasulullah pun selalu beri’tikaf setiap Ramadhan.

Beberapa dalil tentang keutamaan I’tikaf.

Ia mengutip ayat quran, “Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Tetapi jangan kamu campuri mereka, ketika kamu beri’tikaf dalam masjid. Itulah ketentuan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, agar mereka bertakwa” Surat Al Baqarah ayat 187

Hadits tentang i’tikaf di puluhan akhir bulan Ramadhan.

“Rasulullah selalu ber-i’tikaf pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan hingga beliau wafat. Sepeninggal beliau, istri-istri beliaupun melakukan i’tikaf.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Hadits tentang meningkatkan ibadah dan mengajak keluarga di puluhan akhir bulan Ramadhan

“Jika masuk 10 hari terakhir, Nabi mengencangkan kainnya, menghidupkan malam, dan membangunkan istri (keluarga)nya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Hadits tentang menqodho I’tikaf

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami Malik dari Yahya bin Sa’id dari ‘Amrah binti ‘Abdurrahman dari ‘Aisyah  berkata: “Nabi hendak beri’tikaf. Ketika Beliau menuju tempat khusus untuk i’tikaf Beliau, Beliau melihat ada tenda-tenda, yaitu tendanya ‘Aisyah, Hafshah dan Zainab. Maka Beliau berkata: “Apakah kalian melihat kebaikan ada padanya (dengan membuat tenda-tenda ini)?” Akhirnya Beliau pergi dan tidak jadi i’tikaf. Kemudian Beliau ber’tikaf sepuluh hari pada bulan Syawal. (HR. Al-Bukhari)

Kedua, I’tikaf adalah sarana meraih Lailatul Qodar sebagaimana tersebut dalam hadits-hadits berikut ini:

Rasulullah bersabda: “Carilah lailatul qadr pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Barangsiapa yang shalat malam pada malam lailatul qadr dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

“Demikian semoga Allah  memberikan kekuatan kepada kita sekeluarga dan juga semua ikhwan dan akhwat untuk menyempurnakan ibadah selama Ramadhan dan menerimanya, sehingga kita mendapatkan rahmat dan ampunan yang dijanjikan-Nya, aamiin. Atas perhatian dan pelaksanaannya kami menyampaikan terima kasih, jazakum Allahu khoiraan katsiiraa,” demikian imaam. (R4/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Wartawan: kurnia

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.