Kabul, MINA – Korban tewas akibat serangan kelompok militan terhadap kantor pemerintah di Afghanistan meningkat menjadi 43 orang, kata seorang pejabat Kementerian Kesehatan Masyarakat Afghanistan, hari Selasa (25/12).
Laporan sebelumnya telah menyebutkan korban sebanyak 28 warga sipil, satu petugas polisi dan tiga penyerang setelah ledakan mematikan hari Senin dan kemudian terjadi penembakan senjata yang menargetkan kantor di dekat distrik diplomatik, menurut juru bicara Kementerian Dalam Negeri.
Sekitar 20 orang, termasuk tiga polisi, terluka kritis, setidaknya 10 di antaranya kemudian meninggal, kata jurubicara Najib Danish dalam sebuah pesan singkat kepada media yang dilaporkan.
Ratusan karyawan terjebak di dalam gedung pada saat itu dan beberapa dilaporkan melompat ke tempat yang aman. Pasukan Operasi Khusus Afghanistan berhasil menyelamatkan lebih dari 350 orang, tambahnya.
Baca Juga: Bank dan Toko-Toko di Damaskus sudah Kembali Buka
Para penyerang menggunakan bom bunuh diri untuk meledakkan bom mobil di luar kantor, yang menyediakan layanan bagi anggota keluarga prajurit dan masyarakat yang menjadi korban selama perang atau serangan militan.
Kemudian setidaknya dua pria bersenjata berhasil masuk ke dalam gedung, memberondongkan peluru ke orang-orang yang ada di dalam, sebelum kedatangan pasukan keamanan, lapor kantor berita Xinhua yang dikutip MINA.
Serangan itu terjadi di wilayah Makruyan-e-Awal dekat Shashdarak, di mana beberapa kedutaan asing berada. Daerah ini juga menjadi rumah bagi beberapa bangunan apartemen dan beberapa kantor pemerintah, termasuk Kementerian Pekerjaan Umum Afghanistan.
Belum jelas siapa yang melakukan serangan itu, karena belum ada yang mengaku bertanggung jawab. Hanya bisanya serangan serupa sering dilakukan oleh kelompok ISIS dan Taliban.
Baca Juga: Ratu Elizabeth II Yakin Setiap Warga Israel adalah Teroris
Kekerasan itu terjadi setelah beberapa hari penuh gejolak demi stabilitas politik Afghanistan. Pekan lalu dilaporkan bahwa Amerika Serikat (AS) berencana untuk secara drastis mengurangi kehadiran militernya di negara itu, tak lama setelah Presiden Donald Trump mengumumkan penarikan seluruh pasukannya dari Suriah.
Pada hari Ahad (23/12), Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengganti Menteri Pertahanan dan Menteri Dalam Negeri-nya dengan lawan garis keras Taliban yang dulu bekerja untuk badan intelijen negara itu. (T/B05/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: AS Pertimbangkan Hapus HTS dari Daftar Teroris