Sinai, 4 Syawal 1434/11 Agustus 2013 (MINA) – Empat warga Mesir tewas dalam sebuah serangan pesawat tak berawak (Drone) Israel di dekat kota gurun Sheik Zuweyid, Semenanjung Sinai bagian utara, saat pasukan keamanan Mesir berpatroli di kawasan itu.
Seorang saksi mata, Ansar Yerusalem mengatakan, sedikitnya empat orang tewas dan tujuh lainya mengalami luka-luka. Keempat orang itu memang telah lama menjadi target dari serangan Israel di kawasan Sinai.
Sementara itu, militer Mesir menyatakan pesawat Israel tidak menyerang mereka, tapi mereka melakukan serangan terhadap para gerilyawan Sinai yang sudah lama melakukan aksi penyerangan terhadap Israel.
Di sisi lain, Militer Israel menyatakan serangan tersebut adalah bentuk peningkatan kerjasama antara Mesir dan Israel terhadap gerilyawan di Sinai utara setelah kudeta terhadap Presiden Muhammad Mursi pada Juli lalu.
Baca Juga: Jejak Masjid Umayyah di Damaskus Tempat al-Jawlani Sampaikan Pidato Kemenangan
Dalam pernyataannya, Ansar Yerusalem mengecam militer Mesir karena telah mengizinkan serangan Israel terhadap wargamya di semenanjung Sinai.
“Sebuah pengkhianatan besar dari tentara Mesir yang mengijinkan Drone Zionis melanggar wilayah udara Mesir dan melakukan serangan terhadap warganya?” katanya.
Israel memanfaatkan situasi krisis Mesir untuk melancarkan serangan terhadap para pejuang Mesir di Sinai yang sejak lama melakukan perlawanan, ABC online melaporkan seperti di kutip Mi’raj News Agency (MINA).
Lokasi Geopolitik yang Strategis
Baca Juga: Pemerintahan Transisi Suriah Dipercayakan kepada Mohamed Al-Bashir
Semenanjung Sinai adalah sebuah semenanjung berbentuk segitiga yang terletak di Asia Barat namun menjadi bagian dari Mesir di Afrika. Daratan seluas 60.000 km² (23.000 mil²) ini dibatasi oleh Laut Tengah di utara, Laut Merah di selatan, Terusan Suez di barat, dan perbatasan dengan Israel di timur laut. Daerah itu menjadi penghubung antara benua Asia dan Afrika.
Semenanjung Sinai hampir seluruhnya terdiri dari padang pasir namun ada penduduk di pesisir Sabah di Taba (dekat kota Eilat, wilayah Palestina yang dijajah Israel). Lebih ke selatan lagi, terdapat Nuweiba, Dahab, serta Sharm El-Sheikh. Di pesisir utara, ada penduduk di dekat Jalur Gaza yaitu di El-Arish.
Wilayah semenanjung ini secara administratif dibagi menjadi dua dari 27 propinsi di Mesir (dengan tiga lagi di sekitar Terusan Suez), dihuni oleh sekitar 500.000 orang penduduk. Di samping nama resminya, orang Mesir menamakannya “Tanah Fayrouz” (Land of Fayrouz).
Daerah ini kerap menjadi pusat sengketa antara berbagai negara, karena lokasi geopolitik yang strategis. Sebelum berada di bawah pemerintahan langsung negara Mesir (termasuk wangsa Ayyubid, kesultanan Mamluk, wangsa Muhammad Ali, dan republik Mesir di zaman modern), tanah ini dikuasai oleh kekaisaran Ottoman, sekaligus dengan seluruh tanah Mesir, dan kemudian oleh Britania Raya yang memerintah di Mesir dari 1882 hingga 1956.
Baca Juga: Tank-Tank Israel Sudah Sampai Pinggiran Damaskus
Israel menyerang dan menduduki Sinai selama Krisis Suez (dikenal di Mesir sebagai Tripartite Aggression) pada 1956, dan selama Perang Enam Hari pada 1967. Pada 6 Oktober 1973, Mesir melakukan serangan mendadak untuk menguasai semenanjung ini dalam Perang Yom Kippur, dan daerah ini menjadi ajang pertempuran sengit antara tentara Mesir dan Israel. Pada 1982, sesuai Perjanjian Damai Israel-Mesir tahun 1979, Israel menarik mundur tentaranya dari seluruh semenanjung Sinai. (T/P04/P02)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: PBB: 16 Juta Orang di Suriah Butuh Bantuan