Seratus Migran Melarikan Dari Kamp Perdagangan Orang di Libya

Bani Walid, , MINA – Lebih dari 100 migran Afrika Timur melarikan diri dari sebuah kamp di kota Bani Walid, Libya, di mana  mereka disandera dan disiksa.

Menurut, media Worldbulletin yang dikutip MINA, Ahad (27/5), rumah sakit di Bani Walid mengatakan, merawat sekitar 20 dari mereka  karena cidera akibat penyiksaan.

Sementara, menurut Doctors Without Borders (MSF) dalam pernyataan yang mengutip saksi, 15 migran tewas dan 25 terluka saat melarikan diri, tetapi tidak ada konfirmasi langsung dari sumber lokal.

Beberapa dari mereka yang melarikan diri, sebagian besar remaja dengan mengatakan kepada pekerja penyelamat MSF bahwa mereka telah ditahan oleh pedagang manusia selama tiga tahun.

Badan amal medis mengatakan tujuh dari mereka yang dirawat di rumah sakit mengalami luka tembak serius.

“Ini adalah contoh lain dari kengerian yang sedang berlangsung yang diderita oleh banyak migran dan pengungsi saat transit melalui Libya, penculikan untuk tebusan tetap merupakan bisnis yang berkembang,” kata MSF.

Kota Bani Walid, 170 kilometer (110 mil) tenggara ibukota Libya, Tripoli adalah tempat transit bagi para migran yang bertujuan untuk mencapai Eropa dengan kapal dari pantai di utara.

Pedagang dan penculik orang dilakukan di sekitar 20 pusat penahanan di kota, menelepon keluarga para migran untuk mengirimkan uang tebusan.

Sejak jatuhnya 2011 dan pembunuhan diktator lama Moamer Kadhafi, Libya telah menjadi landasan utama bagi para migran yang membuat tawaran putus asa untuk mencapai Eropa.

Libya, negara yang dilanda konflik secara teratur untuk eksploitasi dan perlakuan buruk terhadap para migran dari sub-Sahara Afrika.

SOS MEDITERRANEE, sebuah kelompok kemanusiaan, Sabtu menyerukan agar lebih banyak kapal pencari dan penyelamat dikerahkan karena meningkatnya jumlah migran.

“Dalam dua hari terakhir, lebih dari 1.500 orang telah berusaha menyeberang berbahaya untuk menghindari kekerasan dan pemerasan di Libya,” katanya.

“Ini menunjukkan, sekali lagi, bahwa kehadiran kapal pencari dan penyelamat yang berdedikasi dan dilengkapi dengan baik mutlak diperlukan jika kita ingin mencegah lebih banyak kematian di Laut Tengah,” kata Sophie Beau, salah satu pendiri LSM Eropa. (T/R10/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Wartawan: Hasanatun Aliyah

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0