Kairo, 9 Syawal 1434/16 Agustus 2013 (MINA) – Sejak pembubaran paksa aparat keamanan Mesir Rabu (14/8), setidaknya 2600 sampai 2700 warga meninggal dalam berbagai kondisi mengenaskan.
Kontributor Amran Hamdani di Kairo mengatakan kepada MINA (Mi’raj News Agency) Kamis (15/8) jumlah korban sampai hari ini masih simpang siur, karena menurutnya media-media lokal Mesir sendiri terlihat subjektif dalam memberitakan insiden berdarah kemarin, sehingga ada sebagian media yang menutupi dan mengecilkan jumlah korban, ada media yang membesar-besarkan.
Hamdani yang dekat dengan lokasi kejadian mendapat info dari sumber kompeten yang dianggapnya objektif terkait jumlah korban, menyatakan 300 orang meninggal dalam pembubaran paksa di Nasr City, Kairo, sedang sekitar 2300 lainnya meninggal di provinsi-provinsi lain di mana warga melakukan protes yang sama di seluruh Mesir.
Pada Rabu pagi (14/8) aparat keamanan memasuki area protes di mana para warga melakukan aksi duduk bersama menentang kudeta militer terhadap presiden Muhamad Mursi sejak awal bulan lalu. Aparat melemparkan gas air mata dan berusaha mengusir warga dari area tersebut, yang tidak lama kemudian disusul para sniper di atas gedung yang ikut menembak warga.
Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan
“Setelah menyerang dua daerah itu aparat juga mulai menyebar ke daerah-daerah lain seperti Alexandria, Giza, El Arish, Ismailiya dan provinsi lain di mana demonstran pendukung Mursi berada,” kata Hamdani tidak lama setelah kejadian Rabu (14/5).
Sebelumnya akhir Juli, Pemerintah mengeluarkan aksi ‘pembersihan’ protes para pendukung Mursi yang dianggap menghalangi jalan, dan mengatakan akan mengambil tindakan yang diperlukan untuk menghentikan protes duduk bersama yang sudah berlangsung sejak lebih dari sebulan itu. (L/P03/R2).
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah