“Jihad memiliki segmen yang sangat luas, misalnya mencari rezeki yang halal untuk keluarga, menuntut ilmu dan ketika kita membangun hubungan tentang jihad jangan sampai menyalahgunakan maknanya, karena konsep makna jihad ini sangat luas,” tegas Imam Shamsi Ali dalam acara World Peace Forum ke-6 di Jakarta, Kamis (3/11).
Wanita/muslimah memiliki makna jihad yang tidak terbatasi, tergantung situasi dan keadaan dimana dia hidup, tanpa melanggar norma-norma kewanitaan.
“Karena bagaimanapun juga, laki-laki dan wanita sudah pada kodrat yang ditentukan, misalnya wanita itu hamil dan melahirkan, dia akan merawat dan menjaga anak-anaknya, sedangkan laki-laki mencari nafkah, hal seperti ini tidak perlu salah di pahami bahwa jihad hanya bagi laki-laki saja, saya kira persepsi yang salah sangat perlu di perbaiki,” tuturnya.
“Saya kira presentasi masalah ini merusak image jihad, merusak konsep jihad, tanpa di sengaja merusak ajaran Islam, sehingga saya tidak banyak bersuara, dan perlu masalah ini di perbaiki,” ujar Imam Shamsi Ali usai diskusi tentang “Perempuan dan Tanggung Jawab Komunitas” di acara WPF tersebut.
Baca Juga: Longsor di Salem, Pemkab Brebes Kerahkan Alat Berat dan Salurkan Bantuan
Jihad adalah konsep baku dalam ajaran agama islam, tidak bisa diingkari karena dalam Al-Qur’an penuh dengan ayat-ayat tentang jihad.
“Sehingga ini merupakan bagian dari iman kita untuk memahami tentang konsep jihad dalam islam, tinggal bagaimana kita mendefnisikan bahwa jihad itu memang sesuatu yang positif termasuk kalau memang di perlukan untuk melakukan perang, kita ikut perang,” jelasnya.
Imam Shamsi Ali menegaskan, jihad merupakan segmen yang luas, konsep jihad harus di pertahankan, karena merupakan konsep baku dalam Islam dan tidak akan pernah hilang, jangan sampai menakutkan orang, dengan merusak makna jihad.
“Menurut saya jihad muslimah selevel pada bidang yang sesuai dengan kemuslimahan. Dulu pada zaman nabi, sahabat berperang untuk mempertahankan madinah dari serangan dari luar, sehingga muslimah pun ikut andil dalam hal ini, dengan berdzikir, menjaga anak, hal ini adalah kontes pada zaman tersebut. Lain halnya sekarang, muslimah bisa menjadi jurnalis ataupun pengajar,” tutupnya.
Baca Juga: Tausiyah Kebangsaan, Prof Miftah Faridh: Al-Qur’an Hadits Kunci Hadapi Segala Fitnah Akhir Zaman
Muhammadiyah, Cheng Ho Multi Culture Education Trust of Malaysia dan the Centre for Dialogue and Cooperation among Civilisation (CDCC) menyelenggarakan World Peace Forum yang ke-6 pada 1-3 November 2016 di Jakarta, Indonesia.
WPF diselenggarakan setiap dua tahun sekali sejak 2006 yang terdiri dari 200 anggota dari seluruh dunia. Mereka adalah pemuka agama, intelektual, politisi, dan aktivis dari berbagai dunia. (L/P007/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Pembukaan Silaknas ICMI, Prof Arif Satria: Kita Berfokus pada Ketahanan Pangan