Shamsi Ali: Media Berperan Besar Menentukan Dunia

Jakarta, 18 Sya’ban 1437/26 Mei 2016 (MINA) – Islam menjadi kekuatan tersendiri dalam membentuk opini publik. Begitu sangat pentingnya peran media tersebut, secara maksimal digunakan oleh Zionis Internasional untuk melancarkan programnya mengadu domba, memperburuk citra dan menghancurkan Islam dan umat Islam.

Wartawan Kantor Berita Islam Mi’raj (MINA), Rohullah Fauziah Alhakim berkesempatan untuk mengadakan wawancara eksklusif berasama Pendiri Nusantara Foundation yang pernah menjabat Imam Islamic Center di New York, Amerika Serikat (AS), , saat ditemui dalam acara Konferensi Internasional (International Conference on Islamic Media/) yang digelar pada 25-26 Mei 2016 di Jakarta.

ICIM menjadi momen yang tepat bagi Media Massa Islam se-dunia, menyatukan langkah dalam menyadarkan kaum Muslimin terhadap kewajiban membela perlawanan Islam di tanah Palestina.

Berikut wawancara wartawan MINA dengan Shamsi Ali:

MINA: Bagaimana Anda melihat peran media-media Islam untuk kemerdekaan Palestina dan pembebasan Al-Aqsha?

Shamsi Ali: Saya kira begini, salah satu penderitaan masyarakat di Palestina saat ini adalah karena definisi-definisi yang ada di dunia kita sekarang khususnya dunia Barat adalah definisi yang tidak benar, misalnya masyarakat Palestina melakukan pembelaan, mereka ini adalah orang yang dirampok, mereka berhak membela, tapi ketika mereka melakukan pembelaan diri, itu dikatakan melakukan kekerasan, nah yang memberikan definisi seperti itu adalah media.

Sedangkan apabila Israel yang melakukan kekerasan, misalnya mengebom Gaza dengan membabi buta, ribuan anak dan perempuan mati, namun media menyebutkan bahwa Israel melakukan self defense (pembelaan diri). Jadi mereka (media) dalam hal ini memang betul-betul memiliki peranan yang sangat crucial untuk membangun image yang benar tentang apa yang terjadi di Palestina.

Ketika tidak ada image, definisi dan informasi yang benar, maka mentalitas orang berbeda-beda, termasuk mentalitas orang Islam sekarang ini yang terbawa oleh arus media seolah-olah memang masyarakat di Gaza ini adalah orang yang keras, ekstrim, suka melakukan kekerasan. Padahal mereka itu melakukan pembelaan. Bayangkan kalau kita hidup di Gaza, tempat yang kecil dengan penduduk jutaan orang, tanpa makanan dan diblokir dari segala arah, bagaimana perasaan kita?

Ibu bapaknya terbunuh di depan anaknya, bayangkan anak itu setelah sepuluh tahun ke depan, kira-kira mentalitasnya bagaimana?

Nah, orang-orang tidak memahami seperti itu. Jadi media itu memiliki peranan yang sangat penting dalam membangun definisi-definisi yang benar, sehingga cara pandang, pemikiran, dan mentalitas kita menjadi benar terhadap apa yang terjadi di Palestina.

MINA: Bagaimana menjadikan media Islam sebagai sebuah kekuatan dalam perjuangan?

Shamsi Ali: Al-Quran telah mengingatkan kita, bahwa orang-orang yang tidak senang kepada Islam adalah usaha mereka untuk memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka, selama ini yang kita pahami maksud dari Al-Quran itu adalah lisan mereka.

Di jaman sekarang ini, maksud Al-Quran itu adalah media, baik media cetak, elektronik ataupun medsos itu adalah mulut-mulut yang berusaha memadamkan cahaya Allah. Nah media itu kan netral, tergantung bagaimana kita memanfaatkannya.

Media memiliki peranan atau pengaruh yang sangat luar biasa, bahkan seorang Presiden Amerika bisa berada di ambang pintu kehancuran jika media memang ingin menghancurkan.

Media sangat memainkan peranannya dalam menentukan dunia kita ini.

MINA: Menurut Anda mengapa Barat begitu menguasai media?

Shamsi Ali: Menurut saya itu karena uang. Jadi media itu dikuasai oleh kapital. Oleh karena itu, siapa yang punya uang, sesungguhnya bisa menguasai media. Yang menjadikan masalah di kalangan umat ini ada yang mempunyai uang, tapi yang memegang uangnya tidak melihat bahwa uang yang di tangannya ini adalah amanah dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Justru uang yang ada di tangan itu dialokasikan untuk semakin mengejar duniawi, itulah yang disebut dengan hubbud dunya (cinta duni). Karena orang semakin takut untuk rugi, untuk mengurus media Islam apa sih keuntungannya? Semuanya menggunakan kalkulasi uang.

MINA: Bagaimana membangun kekuatan media Islam, menurut Anda?

Shamsi Ali: Pertama, untuk membangun kekuatan media Islam itu adalah dengan iman yang benar, selalu ingin mengedepankan apa yang menjadi pondasi perjuangan Islam. Saya kira ini harus menjadi motivasi, karena kita semua adalah penolong di jalan Allah dan ternyata media berada di gardan paling depan untuk menolong Allah. Ini yang harus kita bangun.

Kedua, harus ada modal, selama ini kebanyakan media Islam itu adalah media komunitas. Media yang terus berpihak kepada politisi. Media yang seperti ini tidak akan ada jalan untuk maju.

Jadi saya kira kita harus membangun media mainstream yang besar dan itu memerlukan modal.

MINA: Bagaimana Anda melihat acara Konferensi Internasional Media Islam (ICIM) ini?

Shamsi Ali: Menurut saya konferensi ini adalah salah satu jembatan menuju kepada apa yang saya sebut dengan pulau idaman, bangkitnya media Islam, menjadi motivasi. Tapi jangan sekedar konferensi dan tidak ada follow up. Saya kira harus ada pendekatan-pendekatan.

Pertama, penguasa-penguasa Islam harus dibangun kesadarannya bahwa betapa pentingnya media yang berpihak kepada Islam. Kita yang hidup di negara non-Muslim sangat merasakan betul itu, bagaimana Islam setiap hari diserang. Bagaimana Islam diasosiasikan dengan hal-hal yang buruk. Hal ini bukan hanya jadi penghalang dakwah, tapi itu juga menyakitkan. Nah, jadi para pemimpin islam harus kita sadarkan akan hal tersebut.

MINA: Apa pesan Anda untuk para awak media Islam?

Shamsi Ali: Yang pertama, harus menjunjung moral ground, itu yang pertama. Memperjuangkan kebenaran dan keadilan, tapi kemudian jangan memperjuangkan kebenaran dan keadilan tapi tidak benar dan tidak adil.

Jadi para kru media islam itu tujuannya adalah memperjuangkan kebenaran dan keadilan tapi caranya juga harus tetap benar dan adil, jangan memanipulasi.

Karena ketika kita berjuang tanpa memperhatikan moral ground, akhlakul karimah, maka berkahnya hilang. Berkah dari bumi mungkin ada, mungkin kita menang, kaya, dalam politik kita berkuasa, tapi berkah langit (berkah dari Allah) tidak ada.

Jadi kita sebagai umat Islam berkah langit harus tetap dijunjung tinggi.

Tidak boleh mengadu domba, memanipulasi, dusta dan kebohongan. Harus menjunjung tinggi kebersamaan. (L/P006/P001)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.