Jakarta, 17 Rabi’ul Awwal 1438/17 Desember 2016 (MINA) – Forum gerakan penyelamatan lingkungan, Siaga Bumi, telah memprakarsai program peningkatan peran pemuka agama dalam menghadapi perubahan iklim.
Dalam acara Semiloka di Hotel Atlet Century, Senayan, Jakarta, Kamis (17/12), Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Majelis Ulama Indonesia (MUI), Hayu Prabowo mengatakan, krisis lingkungan hidup dengan berbagai manifestasi seperti perubahan iklim dan pemanasan global sejatinya adalah krisis moral.
Menurutnya, itu terjadi karena manusia memandang alam sebagai obyek bukan subyek dalam kehidupan semesta.
“Maka penanggulangan terhadap masalah yang ada (environmental and climate solution), haruslah dengan pendekatan moral. Pada titik inilah agama harus tampil berperan melalui kaloborasi lintas agama dan itu perlu dimulai dari rumah ibadah masing-masing,” ujar Hayu.
Baca Juga: Menag RI dan Dubes Sudan Bahas Kerja Sama Pendidikan
“Keberhasilan menciptakan rumah ibadah yang ramah adalah penjelmaan dari hati bersih dan pikiran jernih umat beragama. Langkah pendekatan moral untuk pembangunan berkelanjutan, di sini peran agama sangat penting untuk dapat menyampaikan kepada umatnya, baik secara lisan keagamaan maupun aksi langsung oleh para pemuka agama melalui rumah ibadahnya masing-masing,” kata Hayu.
Hayu menjelaskan, perubahan iklim menumbuhkan rasa kekeluargaan global serta pendalaman spiritual, setiap tindakan untuk melindungi dan menjaga semua makhluk menghubungkan manusia satu sama lain, dan juga memperdalam dimensi spiritual dari kehidupan serta hakikat hubungan manusia dengan bumi.
“Bumi bukan sumber daya untuk dieksploitasi sekehendak manusia. Manusia berkewajiban manjaga dan memakmurkan bumi dengan segala isinya,” tegas Hayu. (L/P002/P001)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Mendikti Sampaikan Tiga Arah Kebijakan Pendidikan Tinggi Indonesia