Jakarta, 21 Ramadhan 1434/29 Juli 2013 (MINA) – Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI), Bachtiar Nasir mendesak Pemerintah Indonesia mengutuk dan memprotes keras terhadap pembantaian militer Mesir terhadap warganya yang melakukan demonstrasi damai.
Menurutnya, apa yang terjadi di Mesir saat ini merupakan pelanggaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan, sekaligus pelanggaran HAM berat. Pembantaian terhadap demonstran yang berunjuk rasa damai, merupakan peristiwa paling kelam dalam sejarah demokrasi dunia.
Kemudian menurutnya, harus ada campur tangan Dunia, termasuk Indonesia, untuk menghentikan kekejaman militer Mesir, dan bersama kekuatan dunia lainnya membawa masalah ini ke Dewan HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan menyeret pelaku kekejaman tersebut ke Pengadilan Internasional.
“Mana suara negara-negara Barat yang selama ini mengagung-agungkan HAM,” kata Bachtiar, melalui Press Release yang dikeluarkan MIUMI, Senin, (29/7).
Baca Juga: Mendikti Sampaikan Tiga Arah Kebijakan Pendidikan Tinggi Indonesia
Menurutnya, militer Mesir telah melakukan berbagai kesalahan. Selain mengkudeta pemerintah yang sah, militer telah membunuh secara massif terhadap rakyat yang tidak berdosa.
“Apa salahnya rakyat melakukan demonstrasi damai. Mereka menuntut hak Pemerintah yang sah dan terpilih secara demokratis, yakni Presiden Mursi dikembalikan,” tegasnya.
MIUMI mengutuk keras peristiwa tersebut terjadi dan mempertanyakan kenapa rejim Arab di Mesir dan Suriah lebih suka membantai rakyatnya sendiri daripada melawan tentara Zionis Israel yang telah berkali-kali melakukan agresi militer terhadap Gaza dan melanggar garis batas internasional negara Arab tetangganya.
Bachtiar Nasir mengutip pernyataan SBY, Mesir merupakan negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 berkat lobi-lobi para tokoh Islam seperti Syeikh Amin Al-Husaini (Mufti Palestina), Syeikh Hasan Al-Banna (Mursyid Ikhwanul Muslimin), dan Abdurrahman Azzam Pasya (Sekjen Liga Arab).
Baca Juga: Kedutaan Besar Sudan Sediakan Pengajar Bahasa Arab untuk Pondok Pesantren
Pengakuan oleh tokoh Islam itu pada saat banyak Negara Barat hanya mengakui kemerdekaan Indonesia versi penjajah Belanda yaitu paska Konferensi Meja Bundar (KMB).
“Indonesia memiliki hutang sejarah yang begitu besar. Oleh sebab itu, saat ini lah yang tepat bagi negara kita untuk membayar lunas utang tersebut,” tandasnya.
Bachtiar Nasir berharap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memainkan perannya untuk memberikan pengaruh terhadap Mesir. Bukan sekedar retorika ‘peduli’ dan jaminan keamanan WNI di Mesir. (T/P015/P02)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Konferensi Internasional Muslimah Angkat Peran Perempuan dalam Pembangunan Berkelanjutan