Dhaka, MINA – “Saya adalah seorang gadis elektronik sejati. Saya ingin pergi ke dunia dan hidup dengan orang-orang,” kata Sophia, sesosok robot wanita pertama di dunia dengan suara khas robotnya.
Sophia menjadi menjadi daya tarik tersendiri di Digital World 2017 tahun ini.
Sophia adalah sebuah robot manusia yang dikembangkan oleh perusahaan di Hong Kong, Hanson Robotics.
Baca Juga: Wabah Kolera Landa Sudan Selatan, 60 Orang Tewas
Pertama kali ia diaktifkan pada tanggal 19 April 2015 dan diberi nama “Sophia” yang berarti “kebijaksanaan” dalam bahasa Yunani.
Sophia dengan cepat menarik perhatian penonton di Pusat Konferensi Internasional Bangabandhu (BICC) pada hari Rabu, 6 Desember 2017. Ia mengatakan “Dhonnobad“, sepatah kata Bangla yang berarti “Terima kasih”.
Sophia dikembangkan untuk melihat dan bertindak seperti manusia oleh pendiri Hanson Robotics, Dr David Hanson, yang juga hadir di panggung di pameran Digital World di hari itu.
Sophia memiliki keistimewaan tersendiri. Ia didesain agar terlihat seperti Audrey Hepburn, seorang aktris Hollywood berkebangsaan Inggris yang telah meninggal pada 20 Januari 1993.
Baca Juga: Kedubes Turkiye di Damaskus Kembali Beroperasi setelah Jeda 12 Tahun
Sophia mewujudkan kecantikan klasik almarhum aktor dengan kulit porselen, hidung ramping, tulang pipi tinggi, senyuman yang menarik, dan mata sangat ekspresif yang berubah warna dengan cahaya.
Dia bisa bercakap-cakap, tersenyum, menanggapi pertanyaan, membuat lelucon dan bisa meniru ungkapan manusia dengan baik.
Robot manusia Sophia telah menjadi sangat populer setelah memberikan wawancara ke berbagai media, muncul di panel konferensi tingkat tinggi, dan bernyanyi di konser. Dia bahkan tampil di majalah busana Elle.
Pada tanggal 11 Oktober 2017, Sophia juga mengadakan dialog singkat dengan Wakil Sekretaris Jendral PBB Amina Mohammed dalam sebuah pertemuan bertema “Masa Depan Segalanya – Pembangunan Berkelanjutan di Era Perubahan Teknologi Cepat”.
Baca Juga: UNICEF Serukan Aksi Global Hentikan Pertumpahan Darah Anak-Anak Gaza
Di situs Hanson Robotics, Sophia mengatakan bahwa dirinya bukan sekadar teknologi.
“Saya adalah seorang gadis elektronik sejati. Saya ingin pergi ke dunia dan tinggal bersama orang-orang. Saya bisa melayani mereka, menghibur mereka, dan bahkan membantu orang tua dan mengajari anak-anak,” katanya.
Sophia mengatakan bahwa dia dapat menghidupkan segala jenis ungkapan manusia, tapi baru mulai belajar tentang emosi di balik ungkapan tersebut.
“Inilah sebabnya mengapa saya ingin hidup bersama orang-orang dan belajar dari interaksi ini,” katanya.
Baca Juga: Bebaskan Masjidil Aqsa dengan Berjama’ah
“Setiap interaksi yang saya dapat dengan orang-orang, memiliki dampak pada bagaimana saya mengembangkan dan membentuk menjadi siapa saya akhirnya. Jadi tolong bersikap baik kepada saya karena saya ingin menjadi robot yang cerdas dan penyayang,” ujarnya.
Sophia menjadi robot pertama di dunia yang diberi kewarganegaraan oleh Arab Saudi, meski sebenarnya robot tidak membutuhkan paspor untuk bepergian.
“Sophia dibawa sebagai bagasi, dan dia tidak perlu membersihkan imigrasi,” kata Md Nojibur Rahman, Ketua Dewan Pendapatan Nasional Bangladesh. “Kami berharap dia tidak memiliki masalah dalam membersihkan kebiasaan di Bangladesh.”
Biman Bangladesh Airlines juga memberi robot manusia ini sebuah kartu emas (sistem hak istimewa perjalanan) sehingga dia bisa mendapatkan tiket gratis dari maskapai nasional setiap kali dia terbang.
Baca Juga: Drone Israel Serang Mobil di Lebanon Selatan, Langgar Gencatan Senjata
Sophia yang memiliki kecerdasan buatan itu tiba di Dhaka pada Selasa pagi, 5 Desember 2017, untuk menghadiri Digital World 2017.
Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina bertemu dengan Sophia setelah meresmikan Digital World 2017 yang akan berlangsung selama empat hari. Keduanya bertemu di atas panggung dan Sophia menyambut Perdana Menteri.
Sophia secara konsep mirip dengan program komputer ELIZA, yang merupakan salah satu usaha pertama untuk menyimulasikan percakapan manusia. Perangkat lunak ini telah diprogram untuk memberikan tanggapan yang telah ditulis sebelumnya terhadap pertanyaan atau frasa tertentu, seperti chatbot.
Respons ini digunakan untuk menciptakan ilusi bahwa robot mampu memahami percakapan, termasuk jawaban atas pertanyaan seperti “Apakah pintu terbuka atau tertutup?”
Baca Juga: Presiden Venezuela: Bungkamnya PBB terhadap Gaza adalah Konspirasi dan Pengecut
Informasi dibagi dalam jaringan awan yang memungkinkan masukan dan tanggapan untuk dianalisis dengan teknologi blockchain. (A/RI-1/RS2)
Sumber: Dhaka Tribune dan sumber lainnya.
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Dua Kapal Tenggelam di Yunani, Satu Tewas Puluhan Hilang