SUDAHKAH ANDA MEMELUK IBU DAN BERTERIMAKASIH KEPADANYA?

kasih-ibu anak

kasih-ibu anakOleh: Nidiya Fitriyah, Wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Hari Senin (22/12) ini, Indonesia tepat merayakan Hari . Memaknai memang adalah sesuatu yang begitu luas. Meski ibu tak pernah meminta kado atapun dari anaknya.

Apa yang mereka harapkan hanyalah kesuksesan untuk buah hati, kebahagiaan dan selalu mengingat dan mendoakan mereka kendati raga sudah tak bersama lagi.

Hari Ibu Nasional di Indonesia itu ditetapkan oleh Presiden Soekarno lewat Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959. Selain menetapkan Hari Ibu, Dekrit itu juga menyebutkan jika Hari Ibu harus dirayakan secara nasional. Dekrit itu sendiri keluar berbarengan dengan Kongres Pertama Perempuan Indonesia.

Dalam Kongres Pertama Perempuan Indonesia, ada para pejuang perempuan Indonesia yang tergabung dalam 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera. Kongres bersejarah itu digelar pada 22-25 Desember 1928 di Gedung Mandala Bhakti Wanitatama di Yogyakarta. Kongres ini juga digelar usai Kongres Pemuda yang melahirkan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.

Tujuan sejatinya dalam kongres perempuan itu adalah untuk sama-sama menyatukan perempuan Indonesia dan mendukung perjuangan menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib perempuan.

Kasih ibu sepanjang jalan,  tak terputus walau rintangan membentang. pengorbanan yang ia berikan, tidak akan bisa terbayar walau dengan uang miliaran. Ibu tidak pernah berharap apapun karena baginya, anaknya adalah segalanya. Sudahkah Anda memeluk ibu Anda dan berterimakasih kepadanya?

Ibu yang melahirkan dan membesarkan anak-anaknya tanpa pamrih dan tanda jasa. Wanita yang rela mempertaruhkan nyawanya, mengorbankan hidupnya demi buah hati yang sangat dicintainya. Ibu tidak selalu ada di sisi, menemani dan mengajari. Ibu merelakan waktunya habis tak bersisa untuk mengurus anak-anaknya, merelakan waktu istirahatnya beralih menjadi mengganti popok atau menggendong bayinya.

Ibu yang melakukan apa saja demi kebahagiaan anaknya, demi anaknya tumbuh besar, tercukupi sandang pangan papan. Tidak sedikit mereka bekerja siang malam, mendedikasikan hidupnya demi anak yang mereka benar-benar jaga dengan sepenuh hidupnya. Ibu, tidak akan berpikir dua kali demi menyenangkan buah hati.

Di dalam Islam, memiliki kedudukan yang mulia, terutama kaum Ibu. Rasululah bahkan telah menegaskan bahwa kedudukan seorang ibu lebih tinggi dibandingkan seorang ayah.

عَنْ اَبِي هُرَيرَةَ رضي الله عنه قال جَاءَ رَجُلٌ الى رسولِ الله صلى الله عليه وسلم فقال يَا رسولَ الله مَنْ اَحَقًّ النّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قال: اُمُّك قال: ثُمَّ مَنْ؟ قال: ثُمَّ اُمُّك قال: ثم من؟ قال :ثم امُّك قال: ثم من؟ قال : ثم اَبُوْكَ (اخرجه البخاري)

Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata: “ Suatu saat ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW, lalu bertanya: “ Wahai Rasulullah, siapakah yang berhak aku pergauli dengan baik?” Rasulullah menjawab : “ Ibumu!”, lalu siapa? Rasulullah menjawab: “ Ibumu!”, lalu siapa? Rasulullah menjawab: “Ibumu!”. Sekali lagi orang itu bertanya: kemudian siapa? Rasulullah menjawab: “ Bapakmu!”(H.R.Bukhari).

Imam Al Qurthubi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa hadist tersebut memberikan penjelasan kepada kita bahwa kecintaan dan kasih sayang seseorang terhadap Ibunya harus tiga kali lipat besarnya dibandingkan kecintaan dan kasih sayang seseorang kepada Ayahnya.

Ibu dalam pandangan Islam adalah telaga suci dengan air yang mengalir tanpa henti untuk anak-anaknya baik anak-anaknya ada didekapannya maupun telah memiliki naungan lain, kecemasan-kecemasan dan perihal tentang kegelisahan membuat telapak kaki seorang ibu menjadi syurga bagi anak-anaknya. Allah berfirman :

قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ ۖ أَلَّا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۖ وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ مِنْ إِمْلَاقٍ ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ ۖ وَلَا تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ ۖ وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

 

Artinya: “Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar”. Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya)”(QS. Al An’am 6:151)

Dari ayat di atas terselip makna ibu dan ayah yang selalu mendapat peran yang penting setelah Allah subhanahu wata’ala, perannya dan perihal untuk selalu mengasihi buah hati.

Terdapat sebuah kisah yang dinukil dari Kitab Adabul Mufrad yang bisa menjadi sebuah ilustrasi betapa kecilnya jasa seorang anak di hadapan Ibundanya. Berikut kisahnya :

‘Sesungguhnya diriku adalah tunggangan Ibu yang sangat patuh. Apabila tunggangan yang lain lari, maka aku tidak akan lari’. Sayup-sayup syair pemuda Yaman itu timbul tenggelam di tengah gemuruh talbiyah. Ka’bah yang suci menjadi saksi bagaimana nafasnya tersengal-sengal dalam lelah lantaran di punggungnya terdapat seorang wanita tua. Pemuda yang baik itu memang sangat mencintai Ibunya sehingga ia rela menjadi tunggangan bagi puncak ibadah wanita yang dicintainya itu. Sesudahnya, diiringi keringat yang bercucuran, pemuda yang baik itu mendatangi Ibnu Umar. “Wahai Ibnu Umar, apakah aku telah membalas budi kepada Ibuku?”. Ibnu Umar menjawab, “Engkau belum membalas budinya, walaupun hanya setarik nafas yang Ibumu keluarkan ketika beliau melahirkanmu ke dunia”

Sebagai anak, kita memang tidak mungkin bisa membalas jasa orang tua terutama jasa Ibu kita kepada anak-anaknya, sehingga Islam hanya mengajarkan untuk sedapat mungkin menghormati dan meninggikan kedudukan orang tua dengan melakukan yang terbaik demi kebahagiaan orang tua terutama Ibu kita.

Bila ada pepatah surga di telapak kaki ibu, mungkin itu adalah gambaran yang paling mulia untuk setiap pengorbanan yang telah beliau lakukan terhadap anak- anaknya.

Begitu pentingnya peran seorang ibu, sehingga Islam sangat memperhatikan kaum Ibu. Betapa Islam memuliakan mereka, dan kita tidak akan menemukan perhatian dan pengayoman kepada kaum perempuan dalam tradisi dan kebudayaan bangsa-bangsa lain di dunia.

Makna seorang ibu semakin terpampang jelas, bahwa seorang ibu dimata anaknya adalah telaga yang takkan kering dan terus mengalir sampai ajal menjemput. Didunia ini bagaimanapun kondisi seorang ibu, dia tetaplah menjadi Malaikat bagi sang anak, dan tiada kata gagal menjadi seorang ibu dan semua ibu adalah baik untuk anaknya bagaimanapun perangainya.

Dan hari ini, Sudahkah Anda memeluk ibu Anda dan berterimakasih kepadanya?

Rasanya merupakan kesalah yang besar jika secara berlebihan kita penuhi kebutuhan berbagai macam kepentingan orang lain, sedangkan di sisi lain, kita abaikan kepentingan kedua orang tua kita.

Berbakti kepada orang tua bukan hanya sekedar materi (uang) yang kita berikan, akan tetapi kasih sayang dan perhatian dari anaknya adalah satu hal yang sangat mereka nantikan. Mungkin pernah terpikir bahwa menyapa, menanyakan kabar adalah hal yang sepele di mata kita, akan tetapi hal itu adalah sesuatu yang besar bagi mereka.

Semoga Allah selalu memberikan rahmat dan karuna-Nya kepada ibu dan ayah kita. Aamiin. (P008/R03)

 

*disarikan dari berbagai sumber

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0