Sulaiman Resto Sajikan Kuliner Halal Khas Cina Muslim

Seorang pengunjung memandang gambar menu di depan Sulaiman Resto di Jl. Batu Ceper Raya, Gambir, Jakarta Pusat. (Foto: Rudi Hendrik/MINA)

 

Jakarta, 19 Ramadhan 1438/14 Juni 2017 (MINA) – Kuliner halal menjadi menu wajib bagi seorang Muslim. Namun, bukan sebatas halal, cita rasa, cara pengolahan, dan penyajian juga penting sebagai standar kualitas. Hal ini ditegaskan pemilik salah satu pionir restoran halal Sulaiman Resto, Sulaiman Wu Di.

Menurutnya, status sebagai restoran khas Cina Muslim, rupanya tidak menjadikan restoran ini hanya didatangi oleh orang-orang Cina atau keturunan yang beragama Islam saja. Bahkan mereka yang non-Islam juga kerap datang ke restoran ini. Tak ayal restoran ini ramai dikunjungi pecinta kuliner dari berbagai kalangan.

“Selain terjamin kehalalannya, kami juga mengutamakan cita rasa. Sehingga meski ada non Muslim yang datang ke sini, pasti akan kembali lagi. Kami menghadirkan menu khas dengan cita rasa berbeda dari yang lain,” kata Sulaiman kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA) saat jamuan berbuka puasa bersama Imaamul Muslimin Yakhsyallah Mansur di Sulaiman Resto Jakarta, Rabu (14/6).

Meski mengaku masih dalam proses pengurusan sertifikasi halal dari LPPOM MUI, Sulaiman berani menjamin bila makanan yang dijualnya 100 persen halal.

Sulaiman sendiri adalah seorang Muslim dari Suku Hui di kota Xian, provinsi Shaanxi, Cina.

Menu masakan di sana sangat beragam dengan mengutamakan cita rasa kuliner khas kota Xian. Bahan-bahan masakannya sebagian besar diimpor dari negeri Cina.

Lebih dari 100 menu bisa dinikmati di resto yang dapat menampung sekitar 150 orang ini. Ada nasi Xinjian, makanan panggang atau bakar khas Muslim Cina, segala jenis tumisan sayur, sate kambing, paha kambing, udang bumbu khas Cina, terong asam manis. Pada bulan Ramdhan, Sulaiman Resto juga menyediakan menu takjil dengan sajian kurma dan sop buahnya.

Sulaiman Resto berlokasi di Jalan Batu Ceper Raya No. 73, Gambir Jakarta Pusat sejak 2012 lalu. Restoran makanan halal khas Cina ini telah mengembangkan sayap usahanya dengan membuka cabang di Bali, tepatnya di Jalan Raya Kuta No. 62 sejak setahun lalu.

Suasana ruang depan Sulaiman Resto. (Foto: Rudi Hendrik/MINA)

 

Syarat Nilai Islam

Dalam menjalankan bisnisnya, Sulaeman juga mendakwahkan ajaran dan nilai-nilai Islam di restoran miliknya.

Suasana nyaman dan tenang dengan disambut ucapan salam pelayan perempuan berbusana khas Cina warna hitam merah serta berhijab.

Seluas mata memandang, terlihat puluhan kaligrafi karya seniman Muslim Cina Abu Bakar Chang yang dipajang di dinding dalam ruangan dan dekat meja resepsionis.

Sulaiman juga membuat aturan salat tepat waktu bagi seluruh karyawannya. Di dalam resto itu, terdapat mushala yang dapat digunakan karyawan dan pengunjung menunaikan ibadah salat.

Jika salat Jumat tiba, Sulaiman berangkat dengan karyawannya menuju masjid terdekat dari restorannya. Resto ini pun ditutup saat salat Jumat. Sulaiman mempersilakan pengunjung menunggu sampai salat Jumat selesai atau mencari restoran lain untuk makan. Sulaiman selalu mengajarkan karyawannya untuk mengutamakan ibadah kemudian pekerjaan.

Untuk menjalin silaturahmi dengan pengunjung, Sulaiman kerap mengadakan acara Islami. Pada Agustus 2014 lalu, Sulaiman mengadakan  acara “Pembukaan Galeri Kaligrafi Islam Tionghoa” dengan mendatangkan ahli kaligrafi dari Cina, Abu Bakar Chang.

Selain, Pembukaan Galeri Kaligrafi Islam Tionghoa, Sulaiman Resto juga pernah menggelar acara bertajuk “Pergaulan Budaya Islam Tionghoa dan Indonesia.” Tujuannya untuk mempererat silaturahmi dan memperkenalkan budaya Islami antara dua negara.

Berbagi Kepada Anak Yatim

Sejak berdirinya, Sulaiman Resto juga rutin menggelar kegiatan menyantuni anak yatim dan duafa dengan diajak untuk menikmati menu masakan restoran tersebut.

“Kami memberikan bantuan santunan yang mungkin jarang mereka dapatkan. Mengajak makan bersama di restoran hingga menyediakan menu buka puasa bagi mereka selama bulan Ramadhan,” tutur Sulaiman.

Salah satu aktivis Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) itu menjelaskan, pemberian santunan kepada anak yatim dan duafa sebagai wujud rasa syukur atas pencapaian bisnisnya selama ini.

“Saya meyakini ketika kita ikhlas dalam menyantuni anak yatim, berbagai kemudahan terutama kemudahan mencari rejeki pasti akan datang. Karena senyuman anak yatim akan mendatangkan banyak rejeki,” tegas Sulaiman. (L/R01/RI-1)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.