SURAT DARI SEORANG DOKTER NORWEGIA DI GAZA TERKHUSUS UNTUK OBAMA

Gilbert
dr. Mads Gilbert Frederick. (Foto: Occupied Palestine)

Dr. Mads Gilbert Frederick (lahir 2 Juni 1947 di Porsgrunn, provinsi Telemark, Norwegia) adalah seorang dokter dan aktivis kemanusiaan. Ia menerima gelar PhD di University of Iowa. Beliau adalah spesialis dalam anestesiologi dan menjadi dosen bidang pengobatan darurat di University of Tromsø sejak tahun 1995.

Gilbert memiliki pengalaman di berbagai aksi kemanusiaan internasional, khususnya dari lokasi yang menggabungkan masalah medis dan politik. Dia aktif terlibat dengan pekerjaan solidaritas untuk sejak tahun 1970-an, ia menjabat sebagai dokter selama beberapa periode di wilayah Palestina dan Lebanon.

Beliau menjalankan misi kemanusiaan saat invasi ke Lebanon pada 1982. Gilbert juga telah menghabiskan lebih dari dua pekan sebagai salah satu dokter asing di selama agresi militer Israel “Operation Cast Lead” 2008-2009.

Dalam agresi itu, Gilbert tiba dengan tugas darurat untuk Komite Bantuan Norwegia (NORWAC) bersama ahli bedah Erik Fosse guna mendukung upaya kemanusiaan di Rumah Sakit as-Shifa, Kota Gaza.

Beliau juga kembali melakukan aksi kemanusiaan di bidang medis saat agresi militer Israel ke Jalur Gaza dengan sandi operasi “Pillar of Defence” pada pertengahan November 2012.

Seorang profesor kedokteran di University of North Norway itu juga menjadi coauthor dari buku “Eye on Gaza”, merupakan kesaksiannya selama agresi dan invansi militer Zionis Israel di Gaza.

Mads Gilbert kembali ke Gaza dan bertugas di Rumah Sakit AsShifa sejak agresi militer Israel “Operation Protective Edge“, Senin (7/7) lalu, dan hingga kini masih bertugas di salah satu rumah sakit terbesar dan terlengkap di wilayah terblokade.

Berikut petikan surat yang dirilis Middle East Monitor (MEMO), Ahad (20/7) dan diterjemahkan oleh wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Rana Setiawan.

Teman-teman tercinta,

Tadi malam sungguh ekstrem. “Invasi darat” Zionis Israel ke Gaza mengakibatkan korban berjatuhan dan banyak yang cacat, terkoyak, perdarahan, menggigil, gemetar, terbaring, sekarat – banyak warga Palestina yang terluka, segala usia, semua warga sipil dan semua orang yang tidak bersalah.

Para pahlawan di ambulan dan di seluruh rumah sakit Gaza bekerja dengan sistem shift 12-24 jam, wajah pucat akibat kelelahan dan beban kerja tidak manusiawi (semua tanpa dibayar di RS As-Shifa selama empat bulan terakhir), mereka merawat, mengobati, mencoba untuk memahami kekacauan yang tidak dapat dimengerti.  Dari anggota tubuh manusia, ukuran, tungkai, kaki, tidak berjalan, bernapas, tidak bernapas, berdarah, tidak berdarah. YA MANUSIA!

Sekarang, sekali lagi mereka diperlakukan seperti binatang oleh pasukan yang katanya “tentara paling bermoral di dunia” (Zionis Israel!).

mads-gilbert-at-al-shifa-hospital
Dr. Mads Gilbert Frederick (tengah) di rumah sakit As-Shifa sedang mengobati seorang anak Palestina yang terluka, setelah serangan udara Israel menewaskan empat anak dan melukai lima orang lainnya, 17 Juli 2014. (Foto: MEMO)

Hormat saya tidak ada habisnya bagi mereka yang terluka, di tengah-tengah rasa sakit, penderitaan dan terguncang; kekaguman saya kepada staf dan relawan ini tak ada habisnya, kedekatan saya dengan rakyat Palestina memberi saya kekuatan, meskipun dalam sekilas Saya hanya ingin berteriak, memegang seseorang erat-erat, menangis, mencium hangat kulit dan rambut seorang anak yang berlumuran darah, melindungi diri dalam pelukan tak ada habisnya – tetapi kami tidak mampu untuk itu, juga mereka tidak bisa.

Wajah pucat pasi – Oh TIDAK! Tidak hanya puluhan tubuh yang cacat dan berdarah, kami masih memiliki danau darah di lantai UGD, yang menetes ke mana-mana, perban yang berlumuran darah untuk membersihkan – oh – petugas kebersihan, di mana-mana, dengan sigap menyekop darah dan membuang tisu, rambut, pakaian, Kanula -sisa-sisa makanan dari kematian- semua diambil … harus siap lagi, harus diulang lagi seluruhnya. Lebih dari 100 kasus datang ke RS As-Shifa dalam 24 jam terakhir. Cukup untuk sebuah rumah sakit besar yang terlatih dengan segala sesuatunya, tapi di sini – hampir tidak ada: tidak ada listrik, air, obat-obatan, ATAU- meja, instrumen, monitor – semua berkarat dan seolah-olah diambil dari museum rumah sakit kemarin. Tapi mereka tidak mengeluh, pahlawan-pahlawan ini. Mereka langsung bergerak, seperti prajurit, terus maju, dengan penuh kesigapan.

Dan ketika saya menulis kata-kata ini kepada Anda, sendirian, di tempat tidur, aliran air mataku, air mata dari rasa sakit dan kesedihan, kemarahan dan ketakutan. Ini tidak terjadi!

Saat ini, orkestra dari mesin perang Zionis Israel mulai menyanyikan simfoninya yang mengerikan. Baru-baru ini, salvos artileri dari kapal angkatan laut di ujung pantai, F16 yang menderu, drone memuakkan (Bahasa Arab ‘Zennanis’), dan Helikopter Tempur Apache yang bising. Begitu banyak yang dibuat dan dibiayai oleh Amerika Serikat.

– Apakah Anda punya hati?

Dokter Norwegia Mads Frederick Gilbert  mengabdi untuk masyarakat Gaza dalam serangan Israel terbaru sejak Senin lalu. Foto: arsip
Dokter Norwegia Mads Frederick Gilbert mengabdi untuk masyarakat Gaza dalam serangan Israel terbaru sejak Senin lalu. Foto: arsip

Saya mengundang Anda menghabiskan satu malam -hanya satu malam- dengan kami di RS As-Shifa. Barangkali Anda menyamar sebagai petugas kebersihan.

Saya yakin, 100%, hal itu akan mengubah sejarah.

Tak seorang pun dari mereka dengan hati dan kekuatan yang dapat melewati satu malam di RS As-Shifa tanpa bertekad untuk mengakhiri pembantaian rakyat Palestina.

Tapi mereka yang tak berperasaan dan kejam telah melakukan perhitungan mereka dan merencanakan serangan lain di Gaza.

Sungai-sungai darah akan tetap mengalir di malam-malam yang akan datang. Saya bisa mendengar mereka telah memainkan instrumen kematian.

Tolong. Lakukan apa yang Anda bisa. Ini, INI HARUS DIHENTIKAN !!.

 

Mads Gilbert, MD. PhD.

Profesor Klinis dan Kepala Klinik Kedokteran Darurat di University of North Norway

(T/P02)

 

 

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0