Yerusalem, MINA – Sebuah survei menunjukkan, mayoritas warga Palestina menolak perjanjian normalisasi yang disponsori AS antara Israel dan beberapa negara Arab.
Menurut jajak pendapat yang dilakukan Arab News-YouGov pada peringatan 75 tahun Hari Nakbah, Senin (15/5), 64 persen responden menentang normalisasi beberapa negara Arab dengan Israel dalam Perjanjian Abraham, PressTV melaporkan.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menandatangani Perjanjian Abraham dengan Menteri Luar Negeri UEA, Sheikh Abdullah bin Zayed Al Nahyan dan Menteri Luar Negeri Bahrain Abdullatif Al Zayani.
Penandatanganan Perjanjian Abraham dilakukan selama upacara resmi yang diselenggarakan Presiden AS, Donald Trump di Gedung Putih pada September 2020 lalu.
Baca Juga: RSF: Israel Bunuh Sepertiga Jurnalis selama 2024
Kesepakatan normalisasi, yang kemudian diikuti oleh Sudan dan Maroko, memicu kecaman luas dari Palestina serta negara-negara dan pembela hak asasi manusia di seluruh dunia, terutama di dunia Muslim.
Ketika ditanya dampak Perjanjian Abraham, 52 persen warga Palestina yang disurvei mengatakan, perjanjian itu membuat Israel lebih agresif terhadap warga Palestina.
Sementara 43 persen mengatakan mereka tidak melihat dampak atau perubahan apa pun.
Jajak pendapat tersebut juga mengungkapkan, 21 persen responden mengatakan “intimidasi, permukiman, dan aneksasi Israel yang berkelanjutan” adalah alasan utama di balik kegagalan yang disebut pembicaraan damai itu.
Baca Juga: Setelah 20 Tahun AS Bebaskan Saudara Laki-Laki Khaled Meshal
Sementara 15 persen responden mengatakan, perjanjian ini gagal karena “bias AS terhadap Israel”. Juga, 14 persen lainnya menganggap, “kesalahan dan kurangnya kepemimpinan Otoritas Palestina”.
Hasil ini menunjukkan bahwa Palestina melihat berbagai faktor yang berkontribusi terhadap kegagalan pembicaraan dan inisiatif perdamaian di masa lalu, termasuk faktor internal dan eksternal. (T/R2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Al-Qassam Sita Tiga Drone Israel