Al-Quds, MINA – Pemimpin Gerakan Islam 1948, Syaikh Raed Shalah, mengeluh karena mengalami penyiksaan fisk dan psikologis saat dipindahkan ke Pengadilan Tinggi Haifa, pada sesi pertama sidang dakwaan, Ahad (24/9).
Shalah mengatakan, dirinya dipindahkan dari Penjara Ramon dengan borgol kencang di tangan dan kakinya, sampai dia merasa tangannya seperti hancur.
“Hari-hari Firaun telah berakhir dan hari-hari Abad Pertengahan berakhir,” ujarnya kepada para pengacara. Mi’raj News Agency (MINA) melaporkannya dari Quds Press.
Pengacara Khalid Zubarqa menganggap keadaan perpindahan dan penahanannya yang buruk, sebagai penyiksaan fisik dan psikologis.
Baca Juga: RSF: Israel Bunuh Sepertiga Jurnalis selama 2024
Ia menyebutkan, kliennya diborgol di pergelangan kaki dan tangannya sejak pukul 8 malam kemarin, sampai dia tiba di ruang sidang pukul 9 pagi.
“Termasuk mengikat tangan dan kakinya di satu ruang tahanan. Jelas ini bukti penyiksaan fisik dan psikologisnya,” ujarnya.
Zabarqa mengatakan bahwa perilaku ini menunjukkan adanya tindakan sistematis yang ditujukan pada pribadi Syaikh Shalah dan ini “menjadi perhatian semua orang yang mengikuti keselamatannya.”
Dia mencatat bahwa sidang sidang hari ini adalah untuk menanggapi dakwaan tersebut. Tim pembela menegaskan, pengadilan menahan dengan alasan politik dari pihak-pihak terkemuka di pemerintah Israel, untuk menyembunyikannya di penjara dan upaya untuk mengkriminalisasi Syaikh Shalah.
Baca Juga: Setelah 20 Tahun AS Bebaskan Saudara Laki-Laki Khaled Meshal
Tim menambahkan, adanya pernyataan Shalah sebelumnya adalah akibat ketegangan di kompleks Masjid Al-Aqsha sebagai reaksi tindakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, dan ini dilindungi undang-undang.
“Ini hanya tahanan politik dan tahanan hati nurani, dengan menargetkan Raed Shalah,” ujarnya.
Polisi Israel menangkap Syaikh Shalah dari rumahnya di kota utara Umm al-Fahm dengan tuduhan “menghasut kekerasan dan tindak terorisme.”
Polisi menyebut “tuduhan serius telah diajukan terhadap Raed Shalah, termasuk hasutan untuk terorisme dan kekerasan, organisasi yang dilarang oleh undang-undang, dan memberikan pidato provokasi.”
Baca Juga: Al-Qassam Sita Tiga Drone Israel
Pejuang Palestina
Pada November 2015, pemerintah Israel melarang Gerakan Islam 1948 pimpinan Shalah untuk dengan dalih “hasutan melawan Israel”.
Israel sempat memenjarakan Shalah selama 9 bulan, dan dibebaskan pada 17 Januari.
Namun memberlakukan pembatasan pergerakannya, termasuk larangan bepergian ke luar negeri, dan penolakan akses ke kota Al-Quds dan Masjid Al-Aqsha.
Baca Juga: Parlemen Inggris Desak Pemerintah Segera Beri Visa Medis untuk Anak-Anak Gaza
Raed Shalah adalah pejuang Muslim yang berhasil mengungkap terowongan di bawah Masjid Al-Aqsha melalui aksi penyamarannya.
Ia juga ikut dalam konvoi pelayaran membuka blokade Gaza, Mavi Marmara, bersama para aktivis lainnya dari berbagai negara. Termasuk berjumpa dengan Nur Ikhwan Abadi, relawan Jama’ah Muslimin (Hizbullah) yang ikut dalam konvoi pelayaran.
Pasca Mavi Marmara, Nur Ikhwan memimpin pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza sekaligus menjadi wartawan Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency). (T/RS2/R01)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Paus Fransiskus Terima Kunjungan Presiden Palestina di Vatikan