Tak Tamat SD, Pria Asal Lombok Hasilkan VCO 10 Ton Per Bulan. Bagian Satu (Oleh: Nur Ikhwan Abadi)

Oleh: Nur Ikhwan Abadi, Relawan Mer-C di Lombok

merupakan negara kepulauan yang kaya akan  sumber daya alam, karunia besar dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Salah satu kekayanan alam yang hampir ada di setiap pulau di Nusantara serta bisa tumbuh dengan subur adalah kelapa. Memiliki nama ilmiah Cocos Nucifera, kelapa merupakan salah satu jenis tanaman serbaguna yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Karunia Allah yang satu ini memang sangat luar biasa, seluruh bagian pohon kelapa dapat memberikan manfaat bagi kemaslahatan umat manusia mulai dari akar, batang , buah hingga ujung daunnya.

Pemanfaatan kelapa yang sangat populer adalah buahnya, mulai dari buah kelapa yang masih muda, hingga kelapa yang sudah tua, semua memiliki manfaat sesuai dengan keperluan masing-masing. Salah satu yang dianggap paling bermanfaat adalah kelapa tua yang bisa diolah sedemikian rupa hingga menghasilkan minyak kelapa murni yang sangat berguna bagi kesehatan bukan hanya manusia bahkan hewan sekalipun bisa mendapatkan manfaat dari minyak kelapa murni ini.

Minyak Kelapa Murni atau biasa dikenal dengan Virgin Coconut Oil (VCO), secara ilmiah telah terbukti memiliki manfaat yang luar biasa. Minyak ajaib ini dapat mengobati berbagai macam penyakit, mulai dari penyakit jantung, diabetes, menjaga kesehatan tubuh, bahkan di beberapa negara seperti Filipina dan Brazil penderita HIV/AIDS bisa sembuh dengan rutin mengkonsumsi VCO.

Di Indonesia sendiri banyak pengusaha yang memproduksi VCO mulai dari skala rumahan hingga skala industri, namun usaha ini tidak banyak yang meliriknya, dikarenakan banyak hal, seperti berkurangnya lahan kelapa akibat diganti dengan kelapa sawit, adanya mitos bahwa minyak kelapa, santan dan produk produk kelapa lainnya berbahaya bagi kesehatan tubuh.

Mitos yang akhirnya dibantah oleh salah seorang ilmuan Indonesia, sebut saja Profesor Bambang Setiadi dari Universitas Gajah Mada (UGM) yang kerap meneliti kandungan yang terdapat dalam kelapa, baik nutrisi dari kelapa asli hingga diolah menjadi produk seperti VCO.

Salah seorang yang berlajar dari profesor ini adalah seorang pria asal Lombok, Raden Sukawati begitu nama lengkapnya, pria berperawakan kecil dan sederhana ini adalah seorang pengusaha minyak kelapa murni atau Virgin Coconut Oil (VCO). Produk hasil olahannya sudah menjelajahi pasar di Nusantara. Tidak hanya itu, pria berusia 42 tahun ini mampu memproduksi lebih dari 10 ton VCO setiap bulannya.

Penulis yang saat ini menjadi relawan Medical Emergency Rescue Committee (Mer-C) di Lombok berhasil bertemu dan berbincang dengan Raden. Menurut Raden, begitu ia biasa disapa. Produk olahan kelapa ini merupakan warisan leluhur dari nenek moyang mereka, karena orang tua dan moyang mereka dari Suku Sasak, Lombok, sudah terbiasa memproduksi minyak kelapa atau VCO dan menjadi konsumsi harian warga di Lombok.

Usaha yang dirintis sejak 2014 yang lalu, bermula saat Raden melihat ada pembinaan pembuatan VCO dari pemerintah daerah kepada warga di kampungnya dengan nara sumber Profesor Bambang Setiaji dari Universitas Gajah Mada. Dari menonton itu kemudian dia praktikkan membuat VCO.

Selama kurang lebih 2 tahun Raden terus berusaha untuk membuat VCO yang benar-benar berkualitas. Dalam usaha pembuatan VCO, Raden mengaku sudah ratusan kali mengalami kegagalan, namun hal itu tidak membuatnya patah arang, hingga dia berhasil membuat VCO yang benar-benar berkualitas dan berkhasiat untuk kesehatan.

“Resiko kegagalan membuat VCO sangat tinggi, bahkan tidak terhitung lagi berapa kali saya gagal membuatnya, hingga ratusan kali sejak 2014 sampai 2016, karena saya masih membuatnya dengan cara manual, saya belum tahu teknologi pembuatan VCO yang baik,” ungkap pria beranak 2 ini.

Selama dua tahun Raden tidak menghasilkan apapun, karena dia tidak tahu secara mendalam tentang produk ini. Raden hanya membuat kemudian menjual produk olahannya, tanpa pernah tahu kasiat VCO, sehingga penjelasan ke masyarakat sebagai konsumen sangat minim sekali. Selain itu dia tidak pernah mengurus legalitas produk yang dibuatnya, yang dia tahu hanya membuat kemudian menjual VCO tersebut.

Selama dua tahun Raden tidak menghasilkan apapun, karena dia tidak tahu secara mendalam tentang produk ini. Pria yang hanya bersekolah hingga kelas  Sekolah Dasar ini hanya membuat kemudian menjual produk olahannya, tanpa pernah tahu kasiat VCO, sehingga penjelasan ke masyarakat sebagai konsumen sangat minim sekali, Selain itu dia tidak pernah mengurus legalitas produk yang dibuatnya, yang dia tahu hanya membuat kemudian menjual VCO tersebut.

Karena keaktifan membuat VCO ini, akhirnya Raden dilirik oleh pemerintah setempat untuk dilakukan pembinaan. Pada tahun 2016 Raden akhirnya mengikuti pelatihan secara resmi selama 14 hari di Depok, dibimbing langsung oleh Prof. Wisnu Garjito, salah satu ilmuan ahli kelapa di Indonesia.

“Saya hanya bersekolah hingga kelas  4 SD, bahkan SD saja tidak tamat, namun setelah mendapatkan pelatihan itu,  saya mulai mendalami produk ini, baik cara pembuatan, pengemasan dan pengurusan legalitas produk” ujarnya.

Raden menambahkan selain belajar dari Wisnu Gardjito, dia juga belajar pengolahan kelapa dari Profesor Bambang Setiaji. “Beliau berdua yang mengajarkan saya, dua ilmuan ini bahkan mampu membuat sekitar 800 produk dari kelapa,” ungkapnya penuh semangat.

Sepulang dari pelatihan itu, mata Raden mulai terbuka, kemudian dia mengembangkan usahanya dengan membuat kelompok masyarakat untuk diajari secara intensif tentang pengolahan buah kelapa.

“Saya mengembangkan pengetahuan yang saya miliki dengan membuat sebuah kelompok usaha bersama masyarakat sekitar, saya beri nama “Kelompok Manfaat Nyuh Daya” lanjutnya.

Nyuh berasal dari bahasa Sasak berarti kelapa, dan Daya merupakan identitas dari Kabupaten Lombok Utara. Sehingga arti secara maknawi dapat diartikan  sebuah kelompok yang diharapkan dapat memberikan manfaat kelapa di Lombok Utara.

“Leluhur kita, khususnya suku Sasak di Lombok ini, menyebut produk ini dengan nama Minyak Mareng atau Minyak Matah atau Minyak Mentah, karena proses pembuatannya tidak boleh kena pemanasan baik kena matahari ataupun kena api langsung, walaupun saat itu penggunaannya lebih kepada untuk kedigjayaan atau kesaktian (mistis),” ungkapnya.

Cuma memang kata Raden, kelapa ini memiliki kandungan yang luar biasa, salah satunya adalah Asam Laurat,  Asam Laurat ini hanya bisa dihasilkan dari dua tempat produksi yaitu, kelapa dan ASI (Air Susu Ibu), sehingga sangat bermanfaat bagi manusia untuk menjaga imunitas tubuh.

Manfaat VCO ini juga bisa untuk mengobati luka bakar, luka pisau, disengat tawon, ataupun binatang beribisa lainnya, bisa juga digunakan untuk kecantikan, skincare dan yang paling penting produk ini tidak memiliki efek samping bagi penggunanya, karena ini produk olahan ini murni dari kelapa dan tidak dicampur bahan apapun.

“Termasuk kita disini yang kita kuatkan adalah produksi VCO yang masih alami dan tidak dicampur bahan kimia seperti pengawet atau yang lainnya, jika orang tua kita dulu mereka biasa mencampurnya dengan daun kunyit, daun nanas atau daun pepaya,” terangnya.

Karena namanya adalah Virgin Coconut Oil atau minyak kelapa murni, maka dalam proses pembuatan produk ini Raden mengklaim sama sekali tidak menggunakan produk tambahan.

Raden terus bergerak, diapun mulai mengurus legalitas yang diperlukan, mulai dari tingkat dusun hingga tingkat desa. Selain legalitas, dia juga mulai membuat desain agar produknya lebih dikenal masyarakat, agar ada ciri khas Raden menamakan produk VCO nya dengan nama Lombok VCO.

Setelah dua tahun berjalan Raden coba mendaftarkan produknya ke Kemenkumham, namun tidak lolos, karena Kemenkumham tidak membolehkan produk yang dibuat menggunakan nama daerah.

Karena produk VCO nya sudah dikenal dengan nama Lombok VCO, Raden masih mempertahankan nama tersebut, walaupun menurutnya dia akan segera membuat brand ulang dan merubah nama produknya menjadi “Nyuh Daya VCO” sesuai dengan nama kelompok yang didirikannya.

Untuk memenuhi permintaan yang cukup banyak, Raden membuat kelompok mitra binaan dengan memberdayakan ibu rumah tangga untuk membuat produk VCO ini.

“Sampai saat ini kami sudah membina 22 kelompok mitra binaan, kami ajari membuat VCO sesuai dengan SOP yang kami punya, kemudian kita buatkan legalitas usahanya hingga ke desa hingga kelompok ini bisa berjalan sendiri, dan hasil dari usaha kelompok ini kami tampung untuk mambantu pemasarannya,” katanya.

Melimpahnya kelapa di Kabupaten Lombok Utara ini, terlebih pasca bencana membuat harga kelapa makin anjlok karena tidak ada yang berani untuk mengambil buah di pohonnya.

“Kelapa ini sepanjang tahun berbuah, berbeda dengan hasil pertanian yang lainnya, seperti coklat, vanili, cengkeh, pisang itu hanya musiman, makanya saya sangat tertarik dengan kelapa ini,” ujarnya penuh semangat.

Raden juga disemangati oleh gurunya Profesor Wisnu garjito yang menyatakan, “Kenapa Depok menjadi sentra produk kelapa, padahal di Depok tidak banyak kelapa seperti di Lombok,” ujarnya mengutip pernyataan sang profesor yang makin membuat Raden bersemangat untuk terus memproduksi VCO.

Alhamdulillah saat ini menurut Raden, legalitas produknya sudah lengkap, mulai dari Kemenkumham, BPPOM, MUI, hingga uji produk di Sucofindo. (A/B03/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: hadist

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.