Tarbiyah Islamiyah Gelar Mukatamar Islah Setelah Pecah 50 Tahun

Jakarta, 21 Muharram 1438/22 Oktober 2016 (MINA) – Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) dan Tarbiyah Islamiyah menggelar Islah, setelah terpecah selama 50 tahun.

Kedua ormas Islam ini bersatu menggelar muktamar bersama yang dibuka oleh Presiden Joko Widodo, Jumat (21/10) malam di Jakarta.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengepresiasi bersatunya kembali ormas yang didirikan 5 Mei 1928 oleh ulama besar Syekh Sulaiman Rusuli tersebut. Menag berharap islah ini bisa menjadi momentum bersama untuk terus dan lebih berkontribusi bagi pembangunan bangsa.

“Saya merasa bersyukur yang tak terhingga, setelah berjalan 50-an tahun, Tarbiyah Islamiyah dan Perti bisa melakukan munas dan muktamar bersama-sama,” kata Lukman saat memberikan sambutan pada pembukaan Munas dan Muktamar Tarbiyah Islamiyah dan Perti.

Menurutnya, islah ini sudah lama ditunggu-tunggu oleh keluarga besar Tarbiyah dan umat Islam. Tarbiyah Islamiyah dan Perti adalah ormas keagamaan yang besar.

“Umat Islam secara cita-cita organisatoris bisa saja berbeda, tapi tetap semangat dan bersatu di manapun dan kapanpun,” ujarnya.

Lukman mengatakan, setidaknya ada tiga faktor pemersatu Perti dan Tarbiyah Islamiyah, yaitu: kerohanian, cita-cita, dan semangat.

“Inilah yang mempersatukan Perti dan Tarbiyah Islamiyah,” paparnya, demikian keterangan pers yang dikutip MINA.

Ia mengakui, kontribusi umat dan ormas Islam seperti Perti sangat banyak dalam membangun bangsa Indonesia. Tidak hanya di bidang dakwah dan kegiatan sosial, kontribusi Perti dan Tarbiyah Islamiyah juga besar dalam pengembangan keummatan, terutama bidang pendidikan. Sesuai namanya, jantung perjuangan Perti dan Tarbiyah Islamiyah adalah pendidikan.

Menag menilai, Indonesia sangat diuntungkan dengan keberadaan ormas-ormas Islam seperti NU, Muhammadiyah, Perti, dan lainnya. Sebab, kontribusai ormas dalam meningkatkan kualitas pendidikan, kehidupan keagamaan, dan kerukunan terbukti sangat besar.

“Kita tahu, pendidikan yang disebarkan adalah Islam yang washatiyah, tawazzun, tasamuh, dan tidak ekstrem. Inilah ciri keberislaman di Indonesia, dan itu telah ditunjukkan oleh Perti dan Tarbiyah Islamiyah. Mari tetap kita jaga,” tandasnya. (T/imaP001)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.