TAWARAN PELATIHAN EKSPOR UKM INDONESIA KE TIMTENG

Deputi Menko Perekonomian Bidang Industri dan Perdagangan Edy Putra Irawadi menyampaikan keynote speech Kebijakan Harmonisasi Tarif Bea Masuk pada Sosialisasi Kebijakan Penerapan Bea Masuk Sektor Industri di Kementerian Perindustrian Jakarta, 10 Februari 2011.
Deputi Menko Perekonomian Bidang Industri dan Perdagangan Edy Putra Irawadi menyampaikan keynote speech Kebijakan Harmonisasi Tarif Bea Masuk pada Sosialisasi Kebijakan Penerapan Bea Masuk Sektor Industri di Kementerian Perindustrian Jakarta, 10 Februari 2011.

Jakarta, 22 Syawwal 1435/19/8/2014 (MINA) – Otoritas Kawasan Industri Zona Bebas Jebel Ali (JAFZA) Dubai, Uni Emirat Arab, ketika bertandang ke Jakarta, belum lama ini,  selain menggelar pertemuan dengan pelaku usaha, juga mengundang perwakilan pemerintah untuk membicarakan kemungkinan pelatihan Usaha Kecil Menengah () ke pasar ekspor di Timur Tengah.

Deputi Menko Bidang Industri dan Perdagangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Edy Putra Irawady menjelaskan, pihak JAFZA menyediakan lahan seluas 100 m2 untuk pemerintah sebagai kantor inkubasi pelaku usaha.

Otoritas Kawasan Industri Zona Bebas Jebel Ali (JAFZA) Dubai, Uni Emirat Arab, ketika bertandang ke Jakarta, belum lama ini selain menggelar pertemuan dengan pelaku usaha, juga mengundang perwakilan pemerintah untuk membicarakan kemungkinan pelatihan Usaha Kecil Menengah (UKM) ke pasar ekspor di Timur Tengah.

Deputi Menko Bidang Industri dan Perdagangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Edy Putra Irawady menjelaskan, pihak JAFZA menyediakan lahan seluas 100 m2 untuk pemerintah sebagai kantor inkubasi pelaku usaha.

“Mereka menawarkan inkubator di dalam area JAFZA. Artinya UKM-UKM kita akan diberi pendewasaan sebelum masuk ke pasar, seperti mendirikan stan, mendesain tempat pengiriman di situ, sekaligus menyesuaikan produk dengan permintaan pasar, baik menyangkut mutu, dan label berbahasa Arab,” ujarnya.

JAFZA adalah wilayah yang digunakan ribuan perusahaan multinasional sejagat sebelum memasarkan produk ke lima benua. Pengusaha Indonesia dinilai berpeluang mendirikan gudang atau pabrik perakitan sederhana sebelum memasarkan produk ke Timteng dan Afrika. Tiga perusahaan asal Tanah Air sudah beroperasi di kawasan industri Dubai, seluas 382.000 m2 itu.

Edy menilai, kerja sama dengan JAFZA ini sangat cocok buat UKM, khususnya perusahaan menengah. Selain lokasi Dubai strategis, tidak ada pengenaan pajak maupun bea masuk bagi perusahaan asing yang beroperasi di kota Teluk itu. Kita arahkan untuk inkubasi mungkin yang menengah dulu supaya mereka meningkat jadi perusahaan besar, karena di sana disediakan fasilitas bebas pajak.”

Kemenko Bidang Perekonomian meminta luas kantor inkubasi perwakilan Indonesia di JAFZA ditambah dari 100 m2 menjadi 300 m2. Nantinya, pemerintah mendapat keringanan biaya sewa 45 persen.

Keuntungan selain ongkos logistik murah di JAFZA karena bebas pajak, menurut Edy, adalah tersedianya banyak perwakilan bisnis Indonesia di Abu Dhabi, ibu kota Uni Emirat Arab, baik konsulat maupun Pusat Promosi Perdagangan. Maskapai Garuda Indonesia juga telah membuka penerbangan langsung ke sana.

“Saya melihat ini peluang besar bagi UMKM kita untuk go internasional,” kata Edy.

Perputaran uang di JAFZA saja tahun lalu mencapai USD 90 miliar. Ada 1.600 perusahaan multinasional beroperasi di sana dari 125 negara. Dengan nilai ekonomi sebesar itu, kawasan industri utama Dubai itu menjadi yang terbesar keenam di dunia. (IK/Ardyan Mohamad/Merdeka.com)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0