Teror di Jantung Ibukota pada Siang Bolong

Oleh: Illa Kartila – Redaktur Senior Miraj Islamic News Agency

Kawasan Gedung Sarinah di Jl. MH Thamrin yang pagi itu tidak terlalu ramai, sontak gaduh ketika hari Kamis (14/1) menjelang pk.10.45 terdengar rentetan tembakan dan ledakan bom, yang kemudian menelan 31 orang korban, tujuh diantaranya tewas dan 24 lainnya mengalami luka.

dalam bentuk bom bunuh diri dan penyerangan di jantung ibukota – Jakarta – yang bisa jadi tidak disangka oleh warga itu – terjadi di siang bolong dan diduga dilakukan oleh kelompok teroris. Dari tujuh korban tewas, lima di antaranya adalah pelaku teror, satu warga negara Kanada dan satu lagi warga negara Indonesia.

Menurut Wakapolri Komjen Pol Budi Gunawan, peristiwa tersebut berawal ketika pelaku teror menyerang Starbucks Coffee di Gedung Djakarta Theater, dengan bom lempar. Kemudian pelaku melakukan aksi bom bunuh diri di pos polisi perempatan Sarinah, Jl. Thamrin, Jakarta.

Usai melancarkan aksi bom bunuh diri, para pelaku yang diduga berjumlah lima orang tersebut melancarkan aksi penembakan ke arah petugas kepolisian yang sudah berada di lokasi. “Atas dua kejadian itu petugas Polri dari Polda Metro dan Densus mengadakan pengejaran ke TKP, terjadi kontak tembak di depan Djakarta Theater. “Kami tembak dua teroris,” kata Budi.

Wakapolri menduga serangan tersebut dilakukan kelompok teroris Islamiq State of Iraq and Syria (). Ancaman berkode ‘konser yang akan menjadi berita internasional’ dari ISIS diterima polisi Desember 2015.

Meskipun tokoh dan pemimpin ISIS belum mengonfirmasi dugaan tersebut, namun, kantor berita Aamaaq News Agency yang dimiliki kelompok teror menyampaikan pernyataan bahwa pihaknya menjadi dalang bom Sarinah.

“Militan ISIS adalah orang-orang di balik serangan bersenjata dan bom pada Kamis pagi di Jakarta, Indonesia. Target kami adalah warga negara asing dan aparat yang melindungi mereka,” tulis Aamaaq News Agency dalam aplikasi Telegram seperti dilansir dari Reuters, Kamis (14/1/ 2016).

Budi Gunawan juga mengatakan, pelaku yang menyerang pos polisi Sarinah di Jl. MH Thamrin, masih berkaitan dengan kelompok teroris yang ditangkap tim Densus 88 Antiteror jelang tahun baru 2016 di Bandung, Jawa Barat. Dia menduga, pelaku bom Kamis pagi adalah mereka yang lolos pada penyergapan saat itu. “Yang lolos saat tahun baru itu, pelaku saat ini.”

Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian menyebutkan, hasil penyisiran di lokasi, ditemukan 6 bom rakitan. “Lima bom kecil sekepalan tangan disebut granat rakitan, dan satu bom besar sebesar kaleng biskuit. Polisi juga menyita senjata FN rakitan dari pelaku teror yang tewas saat baku tembak dan ledakan bunuh diri.”

Menurut Tito, kelompok ISIS telah mengubah strateginya. “Dulu operasi di Suriah, Irak. Tapi kini ada perintah Abu Bakar Baghdadi, untuk luar kawasan dan kemudian dibentuk cabang-cabangnya di seluruh dunia, seperti Turki, Prancis, Afrika, termasuk di Asia Tenggara.

Dia juga menjelaskan, kantong ISIS di Asia Tenggara terdapat di sejumlah negara seperti Indonesia, Filipina, dan Thailand. Di Asia Tenggara, ada pemimpin ISIS yang bernama Bahrun Naim yang ingin mengusai wilayah di Indonesia.

“Bahrun ingin jadi leader ISIS di Asia Tenggara, sehingga terjadi upaya persaingan leadership. Di Filipina sudah di-declare Bahrun. Karena ada persaingan antara leader di Asia Tenggara, Bahrun Naim, mereka merancang serangan itu,” kata Tito.

Akibat teror ini, kondisi Jakarta dinyatakan berstatus Siaga I yang diberlakukan sejak Kamis pk. 11.00 WIB tadi. Kondisi ini berlangsung hingga waktu yang belum ditentukan.
Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Anton Charliyan juga menduga pelaku teror adalah kelompok ISIS. “Apa yang mereka lakukan hampir sama dengan serangan teror Paris. Si pelaku sudah berencana menyerang Indonesia agar menjadi sorotan internasional. Sebelumnya mereka sudah menyampaikan ancaman bahwa Indonesia akan menjadi pusat pemberitaan dunia soal teroris.”

Kadiv Humas Polri Irjen Pol. Anton Charliyan mengatakan, aksi teror bom dan penembakan di kawasan Sarinah, memiliki pola serangan yang berbeda dan menjadi modus baru serangan teroris. “Untuk pertama kalinya aksi terorisme di Indonesia dengan pola serangan terbuka dan dengan senjata api.”

“Sebelumnya kan mereka tidak pakai senpi (senjata api), mereka taruh bom atau meledakan diri saja, tanpa disertai serangan dengan senjata langsung,” katanya.

Alumni Suriah

Sementara itu Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan memastikan, pelaku bom Sarinah dan penembakan Kafe Starbucks berasal dari 100 warga negara Indonesia (WNI) yang pernah berada di Suriah. Mereka baru kembali ke Indonesia pada November 2015. “Ya ada bagian dari itu (alumni Suriah).”

Waktu itu, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso sudah memperingatkan masyarakat agar waspada atas pergerakan 100 WNI alumni Suriah tersebut. Aparat juga terus memonitor pergerakan mereka.

Luhut menambahkan, diantara pelaku ada yang pernah ditahan. Setelah dilepaskan, mereka ternyata ikut dalam aksi bom bunuh diri. “Kenapa saya tidak buka semua (identitas pelaku) tadi itu demi kepentingan dari operasi yang dilakukan teman-teman polisi.”

Untuk yang pernah ditahan itu, menurut dia, pemerintah sudah punya program deradikalisasi. Meskipun diakui, mengatasi sebuah ideologi yang berkembang tidaklah mudah. “Namanya ideologi ya tidak mudah, gampang, kita jangan menggampangkan,”pungkasnya.

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Mohammad Iqbal berpendapat, teror bom di kawasan Sarinah merupakan aksi yang sudah direncanakan dengan matang. Namun aksi yang awalnya hampir berjalan mulus dengan menebar tembakan, akhirnya berhasil dilumpuhkan polisi dengan menewaskan lima pelaku di lokasi.

“Ya, kalau tidak merencanakan mereka tidak mungkin akan bawa bom-bom di situ. Pelaku teror di Sarinah sudah memiliki perannya masing-masing. Sebelumnya, tiga orang di antaranya berusaha masuk ke dalam Sarinah, namun karena mencurigakan akhirnya mereka digiring ke pos polisi dan kemudian mereka meledakkan bom,” kata Iqbal.

Bahrun Naim yang oleh Kepolisian Indonesia dianggap sebagai dalang serangan teror bom di Sarinah pernah mengirim pesan sosial telegram pada 24 November lalu. Dalam pesan itu dia menyatakan bahwa pendukung ISIS sudah cukup untuk melakukan tindakan di Indonesia.

Namun dia tidak merinci rencana dan waktu aksi serangan itu. ”Tinggal menunggu pemicu yang tepat,” kata Bahrun dalam pesannya kala itu yang dikutip dari Reuters, Jumat (15/1/2016). Namun, sejak itu, Bahrun sudah tidak bisa dihubungi lagi. Sosok yang berambisi jadi pemimpin kelompok ISIS Asia Tenggara itu saat ini diyakini berada di Raqqa, Suriah. Pria yang pernah ditangkap tahun 2011 atas tuduhan kepemilikan senjata ilegal itu dianggap sebagai pemain kunci dalam jaringan militan yang tumbuh di sekitar Jawa Tengah.

Setelah ada pesan dari Bahrun itu, para terduga teroris diketahui menyiapkan rencana serangan Tahun Baru di Jakarta. Namun, rencana itu digagalkan aparat kepolisian Indonesia dengan menangkap sejumlah tersangka di beberapa wilayah di Jawa Tengah.

Kegagalan rencana serangan Tahun Baru 2016, tampaknya diganti dengan serangan teror bom dan penembakan di kawasan Sarinah, Kamis pagi. Namun, Kepolisian RI cukup sigap mengatasi teror tersebut, sehingga lima pelaku tewas. (R01/P2 )

 Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: illa

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.