Tim Hisab Niyabah Cilacap Rukyatul Hilal Di Samping Tempat Ibadah Budha

Tim Hisab saat melakukan persiapan rukhyatul hilal di gunung Selok, Adipala, Cilacap, Sabtu (24/6). (Foto/Chamid)

Cilacap, 24 Juni 2017 M/29 Ramadhan 1438 H (MINA) – Tim Hisab Niyabah Cilacap Jamaah Muslimin (Hizbullah) melakukan rukyatul hilal untuk menentukan H di dekat pendopo Padepokan Agung Sanghyang Jati yang didalam ada tempat ibadah bernama Sarana Puja Umat Budha, Desa Karang Benda, Adipala, Cilacap.

Berdasarkan pantauan wartawan Kantor Berita Islam MINA di lokasi, jarak antara tempat rukhyat hilal dengan pendopo kurang lebih 50 meter. Bahkan kendaraan yang dipakai tim berada di area parkir pendopo.

“Sebelum menuju ke titik lokasi rukhyatul hilal, tadi tim izin terlebih dahulu. Alhamdulillah mereka sangat welcome dan menerima kita, ” kata Ketua Tim Hisab Niyabah Cilacap Nur Khamim di Cilacap, Sabtu (24/6).

Nur Hamim mengatakan, pihak pendopo juga memberikan beberapa fasilitas, bahkan mereka menyiapkan air mineral dan biskuit untuk berbuka puasa.
“Kebetulan tim juga lupa karena tidak membawa bekal untuk berbuka puasa, jadi ini sangat membantu bagi tim” kata Nur Hamim.

Ia menyebutkan, pihak pendopo menyiapkan diri untuk membantu tempat lokasi rukhyatul hilal agar lebih baik ke depannya.

“Karena kebetulan tempat yang tadi digunakan masih rawan, dan perlu diratakan. Nanti akan disiapkan yang lebih memudahkan lagi,” ucapnya.

Menurutnya, ini untuk pertama kalinya Niyabah Cilacap melakukan rukhyatul hilal sedangkan sebelumnya bergabung dengan Niyabah Purbalingga, Banjarnegara dan Kebumen di Gunung Gajah, Kebumen.

“Hal ini agar ada balance, perbandingan jika di sana tidak terlihat di sini bisa terlihat,” ujarnya.

Dikatakan, ke depan lokasi tersebut akan digunakan kembali untuk melakukan rukhyatul dengan dengan pertimbangan lokasi yang tidak di atas laut. Jadi ufuknya tidak terhalang oleh uap-uap laut.

“Akan tetapi karena tadi cuaca mendung dan tertutup awan, tidak bisa melihat hilal, bahkan melihat matahari saja tidak bisa,” tutupnya.

Saling Menghormati dan Menghargai

Pada kesempatan yang sama, seorang pemuka agama Budha Biksu Sama Tejo mengungkapkan, alasan dirinya memberikan izin yaitu sebagai bentuk saling menghormati dan saling menghargai antar sesama pemeluk agama.

Wartawan Kantor Berita Islam MINA, Chamid Riyadi,  bersama Biksu Sama Tejo di lokasi tempat ibadah agama Budha.

“Kita harus saling menghormati dan menghargai satu sama lain, saling membantu kepada siapapun. Tepo Siro tenggang rasa,” kata pria yang biasa dipanggil Bante tersebut.

Ia mengatakan, Indonesia bukan negara Islam, Kristen, Budha dan Hindu. Akan tetapi Indonesia adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

“Selagi setiap orang berpandangan seperti itu. Saya yakin tidak ada masalah, akan tetapi kalau tidak berlandaskan seperti itu pasti bermasalah,” ucapnya.

Menurutnya, Indonesia memiliki banyak keaneka keberagaman dengan Kebhinekaannya yang harus di jaga bersama.

“Kebhinekaan akan terlihat jika, hubungan antar internal agama itu jelas dan hubungan antar sesama agama jelas juga. Termasuk hubungan kepada pemerintahan,” katanya. (L/R02/P1)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.