Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tuntutanya Tak Terpenuhi, Gantz Dilaporkan akan Tinggalkan Pemerintahan Israel

sri astuti - Jumat, 7 Juni 2024 - 23:55 WIB

Jumat, 7 Juni 2024 - 23:55 WIB

7 Views

Israeli Prime Minister Benjamin Netanyahu and Blue and White party leader Benny Gantz at a memorial ceremony marking 24 years since the assassination of former israeli Prime Minister Yitzhak Rabin, in the Israeli parliament on November 10, 2019. Photo by Yonatan Sindel/Flash90

Tel Aviv, MINA – Anggota Kabinet Perang Israel, Benny Gantz, dilaporkan akan meninggalkan koalisi yang berkuasa pada Sabtu (8/6), menyusul tuntutannya yang tidak terpenuhi agar rencana Gaza pascaperang disetujui setelah memberikan ultimatum bulan lalu.

Kantor Gantz mengumumkan dia akan memberikan pernyataan pers pada Sabtu (8/6) pukul 20.40 waktu setempat, di mana Times of Israel melaporkan dia akan mengumumkan pengunduran dirinya dari pemerintahan.

Dikutip dari The New Arab, hal ini terjadi menyusul laporan di media Israel tidak ada negosiasi yang sedang berlangsung antara Gantz dan pemerintah mengenai tuntutannya yang tertuang dalam kritik publiknya terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada bulan Mei.

Sebagian dari kritik ini adalah kurangnya rencana pascaperang di Gaza. Netanyahu menolak berkomitmen terhadap rencana yang diusulkan setelah perang, termasuk agar Otoritas Palestina mengambil alih wilayah tersebut.

Baca Juga: Sebanyak 1.000 Dokter dan Perawat Gugur akibat Agresi Israel di Gaza

Tuntutan lainnya termasuk rencana pengembalian tawanan Israel yang ditahan di Gaza, penghancuran Hamas, dan pengembalian warga Israel ke rumah mereka di Israel selatan dan utara.

Stasiun penyiaran publik Israel, Kan, melaporkan pada hari Kamis bahwa AS telah mencoba meyakinkan Gantz untuk menunda rencana kepergiannya, di tengah upaya yang sedang berlangsung untuk mencapai gencatan senjata dan kesepakatan.

Sekitar 120 warga Israel ditahan di Gaza setelah serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober terhadap Israel yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menawan sekitar 250 orang.

Einav Zanguaker, ayah seorang tawanan yang ditahan di Gaza, meminta Gantz tetap berada di pemerintahan untuk meyakinkan anggota koalisi lainnya agar menyetujui kesepakatan yang diusulkan.

Baca Juga: Netanyahu Kembali Ajukan Penundaan Sidang Kasus Korupsinya

Sejak pecahnya perang, warga Israel yang tinggal di perbatasan dengan Gaza dievakuasi dari rumah mereka. Di wilayah utara, tempat Israel terlibat bentrokan sengit dengan Hizbullah, warga Israel juga telah dievakuasi dari rumah mereka.

Selama kritik publiknya, Gantz menetapkan batas waktu 8 Juni untuk mengumumkan rencana pascaperang.

Rencana pengunduran diri Gantz pada Sabtu terjadi di tengah perpecahan dalam pemerintahan Israel, menyusul pengumuman proposal gencatan senjata baru oleh Presiden AS Joe Biden yang memicu kemarahan anggota koalisi sayap kanan.

Termasuk Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, yang menyatakan mereka tidak akan menyetujui gencatan senjata dengan Hamas untuk akan mengakhiri perang.

Baca Juga: Hujan Deras Rusak Tenda-Tenda Pengungsi di Gaza

Setelah proposal tersebut diumumkan, Ben-Gvir mengatakan jika kesepakatan tersebut ditandatangani, partainya Otzma Yehudit akan membubarkan pemerintah.

Gantz, bersama Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant, telah menyetujui kesepakatan yang akan mengakhiri perang dengan imbalan sisa tawanan Israel.

Perang Israel di Gaza, yang berlangsung sejak 7 Oktober, telah menewaskan 36.731 warga Palestina dan menyebabkan 83.530 orang terluka. []

 

Baca Juga: Abu Obaida: Sandera Perempuan di Gaza Tewas oleh Serangan Israel

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: [POPULER MINA] Perintah Penangkapan Netanyahu dan Layanan di Semua RS Gaza Berhenti 

Rekomendasi untuk Anda