Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tur Virtual Museum Islam Australia

Rana Setiawan - Rabu, 3 Maret 2021 - 16:35 WIB

Rabu, 3 Maret 2021 - 16:35 WIB

13 Views

Jakarta, MINA – Kedutaan Besar Australia bekerja sama dengan Museum Islam Australia (Islamic Museum of Australia/IMA) menggelar tur virtual museum Islam pertama dan terbesar yang berlokasi di Melbourne, Australia itu, Rabu (3/3).

Tur virtual itu disiarkan secara langsung dari lokasi museum di Melbourne, Australia, dan secara virtual disiarkan langsung melalui channel Youtube Live dan Facebook Live Kedutaan Besar Australia di Jakarta.

Tur virtual disajikan dalam Bahasa Indonesia, yang kemudian diikuti sesi tanya jawab interaktif dengan tamu spesial dari IMA.

Tur virtual ini diikuti peserta dari berbagai kalangan termasuk pelajar dan mahasiswa Muslim, tokoh dan media di Indonesia.

Baca Juga: Menag Tekankan Pentingnya Diplomasi Agama dan Green Theology untuk Pelestarian Lingkungan

Tur virtual ini dimoderatori oleh Sekretaris II Public Affairs Kedutaan Besar Australia Jakarta, Emma Bourke, dan dipandu dua pengurus Museum Islam Australia yang berada di lokasi, yakni Direktur Edukasi IMA Sherene Hassan bersama relawan IMA yang menjadi penerjemah Bahasa Indonesia Judan Aburman.

Judan Aburman sendiri seorang lelaki kelahiran Australia dengan kedua orang tuanya asal Indonesia (ibunya dari Padang dan ayahnya dari Palembang).

Dalam tur virtual ini, para peserta diajak untuk menjelajahi beragam koleksi seni dan artefak Islam dari IMA, serta mempelajari tentang kontribusi signifikan yang telah diberikan oleh masyarakat Islam terhadap sejarah dan budaya Australia.

Tur eksklusif ini juga mengeksplorasi hubungan bersejarah antara komunitas nelayan Sulawesi Selatan dan Penduduk Asli Australia.

Baca Juga: Menhan: 25 Nakes TNI akan Diberangkatkan ke Gaza, Jalankan Misi Kemanusiaan

Museum Islam Pertama

Direktur Edukasi Museum Islam Australia Sherene Hassan menjelaskan, Islamic Museum of Australia menjadi museum pertama di Australia yang menampilkan kekayaan warisan seni dan sumbangsih bersejarah dari kalangan Muslim di negeri itu.

“Museum ini menampilkan sejarah Muslim Australia, terkait dengan masa-masa di mana Islam mulai membangun hubungan dengan Australia, sejak kedatangan para nelayan dari Makassar, kedatangan imigran dari Inggris, kedatangan para penunggang unta dari Afganistan hingga sekarang,” jelasnya.

Selain itu juga, lanjut tokoh Muslimah yang kini menjadi Wakil Presiden Dewan Islam di Melbourne Australia ini, museum tersebut menampilkan keberhasilan Muslim Australia di berbagai bidang dan keahlian yang berbeda.

Baca Juga: BMKG: Waspada Gelombang Tinggi di Sejumlah Perairan Indonesia

“Diantaranya menampilkan sejarah nelayan dan pedagang dari Makassar,” imbuhnya.

Nelayan dan pedagang Makassar tiba di pesisir utara Australia Barat, Australia Utara dan Queensland.

Orang Makassar berdagang dengan Penduduk Asli dan mencari teripang yang mereka jual sebagai makanan di pasar Cina yang menguntungkan.

Dua wartawan MINA yakni Widi Kusnadi dan Rana Setyawan telah mengunjungi obyek-obyek sejarah Islam di Australia, termasuk Museum Islam Australia ini, dalam rangka mempersiapkan penerbitan buku berjudul “Muslim Melayu Penemu  Australia” yang disusun berdasarkan disertasi Dr. Teuku Chalidin Yacob, MA., Pendiri Ashabul Kahfi Islamic Centre Sydney.

Baca Juga: Longsor di Salem, Pemkab Brebes Kerahkan Alat Berat dan Salurkan Bantuan

Bukti-bukti dari pengunjung awal ini dapat ditemukan pada kesamaan beberapa kata bahasa Makassar dan Penduduk Asli pesisir Australia.

Lukisan gua Aborijin menggambarkan perahu tradisional Makassar dan sejumlah peninggalan Makassar telah ditemukan di pemukiman Aborijin di pesisir barat dan utara Australia.

Perkawinan antara Penduduk Asli dan orang Makassar diyakini pernah terjadi, dan lokasi pemakaman orang Makassar telah ditemukan sepanjang garis pantai.

“Muslim di Australia memiliki sejarah yang panjang dan bervariasi yang diperkirakan sudah hadir sebelum pemukiman Eropa. Beberapa pengunjung awal Australia adalah Muslim dari Indonesia timur. Mereka membangun hubungan dengan daratan Australia sejak abad ke 16 dan 17,” jelas Sherene Hassan.

Baca Juga: Tausiyah Kebangsaan, Prof Miftah Faridh: Al-Qur’an Hadits Kunci Hadapi Segala Fitnah Akhir Zaman

Masjid pertama di Australia didirikan di Marree di sebelah utara Australia Selatan pada 1861.

Masjid besar pertama dibangun di Adelaide pada 1890, dan satu lagi didirikan di Broken Hill (New South Wales) pada 1891.

Islam Agama Paling Cepat Berkembang di Australia

Masyarakat Muslim Australia saat ini sebagian besar terkonsentrasi di Sydney dan Melbourne.

Baca Juga: Pembukaan Silaknas ICMI, Prof Arif Satria: Kita Berfokus pada Ketahanan Pangan

Sejak dasawarsa 1970-an, masyarakat Muslim telah membangun banyak masjid dan sekolah Islam dan memberi sumbangsih yang dinamis terhadap rajutan multi-budaya masyarakat Australia.

Terdapat sekitar 175 masjid dan hampir setengah juta Muslim di Australia. Islam adalah salah satu agama yang paling cepat berkembang di Australia, yang diperkirakan tumbuh sekitar 40 persen setiap tahun.

Australia merupakan campuran beragam budaya dan agama dimana masyarakat dapat mengekspresikan keyakinan mereka dan mempraktekkan agama mereka secara bebas.

Australia dan Indonesa sendiri bekerja sama erat untuk mengembangkan pemahanan tentang Islam di kedua negara melalui Program Pertukaran Muslim.(L/R1/P1)

Baca Juga: Menteri Yusril Sebut ada Tiga Negara Minta Transfer Napi

Mi’raj News Agency (MINA) 

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
MINA Preneur
Kolom