Turki: Kami Tidak Akan Kembalikan Afrin kepada Pemerintah Suriah

Warga mengungsi dari Afrin, utara Suriah, menghindari operasi pasukan . (Foto: SANA via AP)

Ankara, MINA – Turki mengatakan pihak mereka tidak akan menyerahkan Kota Afrin di Suriah utara kepada pemerintah di Damaskus, setelah Ankara membersihkan daerah itu dari milisi Kurdi.

Militer Turki dan pasukan oposisi dukungan Ankara bersiap untuk menyerang kota yang dikepung tersebut.

Ribuan orang terus mengevakuasikan diri dari Afrin, Kamis (15/3), ke Nubul dan Zhara di daerah utara Aleppo yang dikendalikan pemerintah Suriah, di tengah serangan udara, tembakan artileri, dan ancaman invasi darat yang akan segera terjadi, menurut lembaga monitor Observatorium Suriah untuk HAM (SOHR).

Dua belas orang terbunuh dan 60 lainnya terluka dalam 24 jam terakhir di Afrin dan pinggiran kota, kata kelompok yang berbasis di Inggris itu.

Sumber Kurdi mengatakan jumlah korban tewas kemungkinan meningkat karena banyak korban luka dalam kondisi kritis.

“Staf kami melakukan yang terbaik, tapi kamar perawatan kami dipenuhi korban terluka dan orang-orang sakit, dan kami kekurangan persediaan obat,” kata Dr Joan Shitika, kepala rumah sakit kota Afrin, kepada kantor berita DPA.

Serangan Turki terhadap Unit Perlindungan Rakyat (YPG) Kurdi di Afrin dimulai pada 20 Januari. Ankara menganggap YPG sebagai “organisasi teroris” yang terkait dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang telah melakukan pemberontakan bersenjata selama beberapa dekade di wilayah Turki.

Juru bicara kepresidenan Turki, Ibrahim Kalin, mengatakan pada Kamis bahwa Ankara akan mengambil alih kendali Afrin setelah merebut wilayah tersebut dari pasukan Kurdi.

“Kami tidak memiliki niat atau pemikiran untuk menyerahkannya pada rezim (Suriah),” kata Kalin dalam komentar yang disampaikan oleh TRT.

Kalin mengatakan pusat kota Afrin akan segera “dibersihkan dari teroris dalam waktu dekat”.

Sementara itu, Parlemen Eropa mendesak Turki untuk menarik pasukan mereka keluar dari Suriah di tengah “keprihatinan serius atas kekerasan spiral” di Afrin dan daerah lainnya.

Parlemen “menyerukan kepada pemerintah Turki untuk menarik tentaranya dan memainkan peran konstruktif dalam konflik Suriah”, menurut  rancangan akhir sebuah resolusi yang disetujui pada Kamis oleh mayoritas legislator Uni Eropa.

Namun, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menolak seruan tersebut.

“Jangan terlalu bersemangat. Kami tidak akan pergi (dari Suriah) sampai pekerjaan kami selesai. Anda harus tahu itu. Semua kata-kata kalian masuk ke satu telinga dan keluar dari telinga yang lain,” ujarnya, menanggapi seruan Uni Eropa.

“Resolusi Parlemen Eropa menunjukkan dukungan yang jelas kepada kelompok teroris,” kata Menteri Urusan Uni Eropa Turki Omer Celik menambahkan.

Dia juga menolak klaim warga sipil yang menjadi target di Afrin.

YPG telah menjadi sekutu penting Amerika Serikat dalam perang melawan ISIS di Suriah. Mereka menerima senjata, perlengkapan, dan pelatihan Washington. (T/R11/RI-1)

Miraj News Agency (MINA)