ULAMA: UPAYA KRITENISASI TIDAK SURUTKAN PERKEMBANGAN ISLAM

Pembina pondok pesantren Al-Fatah Cileungsi, KH. Abul Hidayat Saerodjie. (Foto: MINA)
Pembina , . (Foto: MINA)

Cileungsi, Kab. Bogor, 27 Rabi’ul Akhir 1436/17 Februari 2015 (MINA) – Pembina pondok pesantren Al-Fatah Cileungsi, KH. Abul Hidayat Saerodjie, mengatakan, upaya Kristenisasi tidak menyurutkan perkembangan Islam yang makin nyata terlihat dan meluas.

“Upaya Kristenisasi memang sangat gencar sekali. Tapi justru sebenarnya, Islam makin marak dan menyebar dimana-mana,” katanya kepada wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Selasa (17/2) siang di Cileungsi, Bogor.

“Kita bisa lihat pada awal 1980-an ada Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang banyak mulai menerbitkan buku-buku Islam bahkan jika lihat di kampus-kampus, perempuan memakai jilbab sudah seperti pesantren saja. Setelah Reformasi, itulah puncak perkembangan Islam,” tambahnya.

Tantangan Dakwah

Menurutnya, keadaan dakwah Islam sejak dulu hingga saat ini sering terhambat oleh pihak-pihak yang tidak ingin melihat perkembangan Islam.

“Ketika masa era , dakwah umat Islam dihadang oleh gerakan Komunis yang memang memiliki pengaruh sangat kuat di negeri ini,” katanya dalam sebuah pernyataan.

Dia menyatakan, mubaligh-mubaligh pada saat itu tidak akan bisa leluasa menyampaikan ajaran Islam yang penuh rahmat ini.

“Kalau mubaligh ingin ceramah, harus ijin dulu, harus ada rekomendasi camat, rekomendasi Koramil, rekomendasi KUA, jadi susah. Hal itu sangat luar biasa, jika tidak ada rekomendasi itu, tidak bisa berdakwah. Meskipun ketika itu ada komando jihad, DI/TII, tapi itu sebenarnya politik juga,” paparnya.

Dia menyatakan, keadaan itu tidak berubah hingga era di masa awal Presiden Soeharto tahun 1970-1980-an, “Menteri-menteri pada era pak Harto mayoritas berasal dari orang-orang sekuler, sehingga dakwah Islam kembali dikekang,” tuturnya.

Kembali Kepada Sumbernya

Menanggapi berbagai problematika dakwah Islam yang terjadi saat ini, dia mengingatkan untuk kembali kepada sumber Islam yang bisa dipertanggungjawabkan.

“Kalau memang berdakwah untuk Islam, maka gunakan cara Islam yang benar, contohnya Rasulullah, itu contoh yang terbaik. Dalam berdakwah, tidak perlu mengambil teori Revolusi, tidak juga mengambil teori Radikal, Islam itu contohnya Rasulullah,” katanya.

Lebih lanjut, menurutnya, yang terpenting dalam berdakwah adalah mengedepankan ukhuwah Islamiyyah, “Boleh berbeda pendapat tetapi jangan sampai merusak persaudaraan Islam dan jangan terjebak untuk kepentingan kelompok, tetapi harus untuk Islam,” tambahnya. (L/P011/R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rendi Setiawan

Editor:

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0