Jakarta, 17 Syawal 1434/24 Agustus 2013 (MINA) – Ketua Majelis Ulama Indonesia KH. Umar Shihab mengatakan bahwa untuk mencapai peradaban Islam di Indonesia, umat Islam harus menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai contoh.
“Untuk menuju ke sana, individual Muslim harus menjadikan Rasulullah SAW sebagai uswah (contoh) dan memahami hadits-hadits Rasulullah SAW dengan tidak mengedepankan Mazhab,” kata KH. Umar Shihab kepada wartawan Mi’raj News Agency (MINA), Jumat malam (23/8) di Jakarta Utara.
Menurut Umar, tidak bisa segolongan umat Islam hanya merasa mazhab Syafii atau mazhab lainnya yang paling benar.
“Semua mazhab baik selama tidak bertentangan dengan Al-Quran dan Sunnah. Realita Muslim sekarang adalah masih adanya Muslim yang berpikiran pendek,” katanya.
Baca Juga: Tausiyah Kebangsaan, Prof Miftah Faridh: Al-Qur’an Hadits Kunci Hadapi Segala Fitnah Akhir Zaman
Lebih lanjut Umar memaparkan bahwa setiap Muslim ingin negerinya menjadi pusat peradaban Islam. Ia mencontohkan seperti di Arab Saudi yang pernah menjadi pusat peradaban Islam, di Mesir dengan adanya Al Azhar, dan di Iran sendiri menyebut negaranya sebagai Negara Islam.
“Kita juga mengharapkan masa depan peradaban Islam ada di Indonesia, dan itu Isnya Allah (jika Allah menghendaki) akan dimulai di Indonesia dan itu ada syarat-syaratnya. Kita harus membuktikan bahwa kita pantas untuk itu,” ujar kakak Quraisy Shihab itu.
Lebih lanjut Ketua MUI Bidang Ukhuwah Islamiyah itu mengungkapkan bahwa syarat pertama adalah bagaimana umat Islam mengembangkan pendidikan, kedua umat Islam harus menghilangkan sifat-sifat ashabiyah (golongan) dan yang ketiga, membuat orang Islam itu mengerti ajaran agamanya.
“Islam yang memegang peradaban adalah Islam yang orientasinya kepada kebenaran, tidak mencari-cari kesalahan orang lain,” tegas Umar.
Baca Juga: Pembukaan Silaknas ICMI, Prof Arif Satria: Kita Berfokus pada Ketahanan Pangan
“Kita harus menjaga agar tidak terjadi kesenjangan antara Muslim yang berpendidikan di Pesantren dengan Muslim yang berpendidikan di sekolah-sekolah umum, seperti ketika Belanda menciptakan kesenjangan dengan istilah ‘kaum sarungan’ bagi yang belajar di pesantren dan ‘kaum intelektual’ yang belajar di sekolah umum.” (L/P09/R2).
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Menteri Yusril Sebut ada Tiga Negara Minta Transfer Napi
Baca Juga: ICMI Punya Ruang Bentuk Kader-kader Indonesia Emas 2045