UNHCR: 53.000 ORANG MENYELUNDUP TINGGALKAN MYANMAR DAN BANGLADESH

Manusia Perahu (Rohingya)

Manusia Perahu (Rohingya)
(Potho: Asiapics)

Pyidaw, 14 Shafar 1436/7 Desember 2014 (MINA) – Badan Pengungsi PBB, UNHCR, melaporkan,  dalam satu tahun terakhir ini, sebanyak 53.000 orang  telah meninggalkan Bangladesh dan dengan menggunakan kapal untuk diselundupkan ke Thailand dan Malaysia, untuk mencari keamanan dan kehidupan yang lebih baik.

Laporan UNHCR yang  dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA) Senin,  mengungkapkan dari puluh ribuan yang melarikan diri, setidaknya sekitar 540 dari mereka meninggal dalam perjalanan.

Mayoritas dari mereka adalah Rohingya tanpa negara, melarikan diri di tengah ketegangan etnis di Myanmar atau akibat hidup miskin di Bangladesh, untuk mencari kehidupan yang lebih baik, UNHCR mengatakan dalam sebuah laporan.

Sekitar 50.000 di antaranya dari daerah perbatasan Bangladesh-Myanmar, 15% lebih meninggalkan tanah kelahirannya antara Januari dan November tahun lalu. Jumlah ini diperkirakan lebih dari tiga kali lipat dibanding periode yang sama pada 2012 sebelumnya.

Hampir setengah dari 21.000 orang meninggalkan wilayah perbatasan dalam dua bulan terakhir, kemudian meningkat 37% dibandingkan dengan Oktober dan November 2013, kata UNHCR. Sisanya 3.000 berasal dari daerah Sittwe Myanmar.

“Beberapa orang melaporkan terjadi insiden perkosaan dan beberapa mengatakan mereka telah diperdagangkan,” kata laporan itu.

Menurut PBB, merupakan salah satu minoritas yang paling teraniaya di dunia, karena telah lama mengalami diskriminasi dan penindasan di Myanmar yang mayoritas beragama Budha.

Eksodus

Seiring berjalannya waktu, kondisi semakin memburuk dan menjadi eksodus yang terus meningkat dua tahun setelah bentrokan mematikan meletus antara umat Buddha dan Rohingya di negara bagian Rakhine Myanmar, aktivis mengatakan.

Kondisi di perahu sering mengerikan, dengan kondisi yang tidak menentu penuh sesak ditengah perairan, persediaan makanan minim, kata laporan itu.

Mereka ditengah laut, terkadang berminggu-minggu terapung yang belum tentu arah dan tujuan, bahkan terkadang mereka diusir atau digiring sebelum menepi di darat.

Setelah mewawancarai para migran yang melakukan perjalanan, UNHCR memperkirakan 540 orang tewas di sepanjang Teluk Bengal dan Laut Andaman pada 2014.

“Kematian dikaitkan dengan penyiksaan agen penyelundupan, kekurangan makanan dan air, penyakit, dan panas,” katanya. Bahkan beberapa penumpang melompat ke dalam air dengan putus asa.”

Sementara itu, penyelundup meminta bayaran yang semena-mena kepada para penumpang. Kemudian meminta tebusan kepada pihak keluarga yang ingin membebaskan mereka atau lebih memilih menahan mereka berbulan-bulan di kamp-kemp yang tidak manusiawi.

Kemudian, setiap perjalanan mereka dimintai tarif antara AS $ 1.600 dan AS $ 2400, perdagangan penyelundupan manusia sepanjang rute diperkirakan menghasilkan pendapatan tahunan sebesar AS $ 100 juta.

Jika ditotalkan, sekitar 120.000 orang telah meninggalkan Myanmar dari daerah perbatasan sejak Januari 2012.

Ratusan pendatang telah ditangkap oleh pihak berwenang di Thailand dan Malaysia, beberapa mengaku status pengungsi dan lain-lain dideportasi, sementara yang lain melanjutkan perjalanan mereka ke Indonesia atau Australia.(T/P004/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0