New York, MINA – Badan Anak PBB (UNICEF) pada hari Jumat (12/2) menegaskan kembali seruannya untuk segera diakhirinya penggunaan anak-anak dalam konflik bersenjata.
“Penggunaan anak-anak dalam konflik bersenjata adalah pelanggaran hak anak dan tidak memiliki tempat pada tahun 2021,” kata Andrea Suley, perwakilan UNICEF di Sudan Selatan dalam sebuah pernyataan pada Hari Internasional Menentang Penggunaan Tentara Anak, yang diperingati secara global pada 12 Februari, Anadolu Agency melaporkan.
“Berdasarkan pengalaman nyata anak-anak di Sudan Selatan dan ditujukan untuk menarik perhatian pada efek psikologis dari penggunaan angkatan bersenjata dan kelompok bersenjata,” kata Suley.
“Anak-anak dipaksa untuk mengeksekusi dan menyaksikan kekejaman. Anak-anak dibunuh, terluka, cacat, dan dilecehkan secara mental dan seksual. Ini mengancam jiwa dan sangat merusak perkembangan mereka untuk itu harus diakhiri sekarang,” ujarnya.
Baca Juga: Pengadilan Belanda Tolak Gugatan Penghentian Ekspor Senjata ke Israel
Andrea menyerukan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang ada.
“Dengan frustrasi dan ketidaksabaran dalam suara saya, saya meminta semua entitas bersenjata untuk segera menghentikan perekrutan dan penggunaan anak-anak,” katanya.
“Saya menyerukan kepada pemerintah Sudan Selatan untuk mengalokasikan dana dan mulai menerapkan Rencana Aksi terhadap semua Enam Pelanggaran Berat terhadap Anak dalam Konflik Bersenjata, yang ditandatangani tahun lalu,” tambah Suley.
Dia mengungkapkan, masih ada “bantuan yang sangat terbatas” bagi anak-anak yang berhasil melarikan diri atau dibebaskan oleh kelompok bersenjata.
Baca Juga: Macron Resmi Tunjuk Francois Bayrou sebagai PM Prancis
“Setelah dilepaskan atau melarikan diri, anak-anak sering bergumul dengan mimpi buruk, perilaku agresif, pikiran mengganggu, serta kecemasan,”katanya.
Mereka juga mengalami cCedera fisik yang dapat menjadi cacat seumur hidup jika tidak ditangani serta luka mental yang dapat menyebabkan efek psikologis jangka panjang seperti gangguan stres pasca-trauma (PTSD).”
Suley mengatakan kebutuhan kesehatan mental anak-anak yang terkena dampak konflik sering diabaikan atau tidak diperhatikan karena sistem perawatan kesehatan yang rapuh sedang berjuang untuk menangani kebutuhan perawatan kesehatan yang paling dasar.
“Memberi anak-anak yang telah melalui banyak hal dengan perawatan dan dukungan yang mereka butuhkan untuk membangun kembali kehidupan mereka harus menjadi prioritas yang mendesak,” tegasnya.
Baca Juga: Jerman Batalkan Acara Peringatan 60 Tahun Hubungan Diplomatik dengan Israel
Sekitar 19.000 anak diperkirakan telah direkrut oleh angkatan bersenjata dan kelompok bersenjata di Sudan Selatan, dan UNICEF telah mendukung pembebasan dan reintegrasi 3.785 anak sejak 2013. (T/R7/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Macron akan Umumkan Perdana Menteri Baru Hari Ini