Jakarta, MINA – Ali Farkhan Tsani biasa disapa Ustaz Afta, mengatakan, nilai-nilai ajaran Islam sangat mampu menata peradaban dunia yang saat ini tengah dilanda multikrisis.
“Peradaban Islam yang berbasis pada tauhidullah, tegak atas dasar konstruksi hubungan dengan Allah, Sang Pemelihara alam semesta,” ujarnya pada Khutbah Idul Adha di halaman parkir Roxy Square Jakarta Barat, Ahad (11/8).
Karenanya, imbuhnya, manusia-manusia peradaban generasi Rabbani, adalah hamba-hamba Allah yang tunduk pada hukum-hukum Allah. Segala temuan, penelitian, ilmu pengetahuan dan budaya, senantiasa dipertautkan dengan petunjuk Allah. Semua bertumpu dan tertuju pada kalimat, “Laa ilaaha illallaah”.
Ciri peradaban atas dasar nilai Islam adalah universalitas, yaitu mampu mempersatukan manusia dari seluruh asal muasal, warna kulit, ras, suku dan bahasa, ujar da’i Jama’ah Muslimin (Hizbullah) itu.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Kewajiban dan Hak dalam Pandangan Islam
“Semua di sisi Allah sama derajatnya, kecuali takwa yang membedakannya,” lanjutnya, seraya menyebutkan Surat Al-Hujurat ayat 13.
“Peradaban Islam juga dipandang paling bisa diterima manusia karena memiliki ciri keadilan. Inilah karakteristik unggul peradaban Islam yang dapat menempatkan antara dua sudut yang saling berhadap-hadapan atau bertentangan secara seimbang,” ujar Afta, yang juga Redaktur Senior Kantor Berita MINA.
Islam mengajarkan untuk berlaku berimbang, sehingga terhindar dari berbuat dzalim. Tidak boleh cenderung kepada salah satu di antara keduanya dengan suatu pengaruh dan menusuk pihak yang berlawanan. Juga agar tidak mengambil salah satu dari dua belah pihak lebih dari haknya, lanjutnya.
“Bahkan terhadap orang yang tidak disukai sekalipun, tetap wajib berlaku adil,” ujarnya, menyebutkan Surat Al-Maidah ayat 8.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menggapai Syahid di Jalan Allah Ta’ala
Ciri lainnya dari peradaban Islam yang utama adalah sentuhan akhlak. Akhlak, inilah yang membedakan umat Islam dengan manusia lainnya, lanjutnya, pada khutbah Idul Adha, yang diselenggarakan oleh Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Jakarta Barat.
“Nilai-nilai akhlak ini pun masuk dalam setiap kehidupan manusia. Nilai-nilai akhlak ini masuk ke dalam dunia ilmu pengetahuan, ekonomi, budaya, kemasyarakatan, bahkan dalam perdamaian dan peperangan sekalipun. Dan yang lebih pokok adalah bahwa sumber akhlak peradaban Islam adalah wahyu Allah. Sehingga akhlak itu merupakan nila-nilai yang tinggi dan dapat memperbaiki setiap manusia di setiap zaman dan waktu,” imbuhnya.
Hal yang lebih mulia lagi adalah bahwa pondasi pokok akhlak itu adalah hadirnya perasaan manusia terhadap pengawasan Allah. Sehingga sentuhan akhlak ini menyebabkan terwujudnya rasa aman yang menjamin kesinambungan peradaban yang abadi.
“Semua nilai peradaban Islam akan terwujud manakala dilakukan oleh kaum Muslimin secara bersatu dalam satu kepemimpinan yang bersifat unversal, rahmatan lil ‘alamin. Yaitu satu Jama’ah Muslimin beserta Imaamnya,” tegasnya.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Mempersiapkan Generasi Pembebas Masjid Al-Aqsa
Dengan bersatunya kaum Muslimin di bawah Pimpinan seorang Imaam, maka segala potensi kaum Muslimin akan tertata dalam memelihara peradaban dunia berdasarkan syari’at Allah. (L/RS2/RS1).
Mi’raj News Agency (MINA)