Dhaka, 4 Rabi’ul Awwal 1435/6 Januari 2014 (MINA) – Pemungutan suara pemilihan parlemen ke-10 di Bangladesh berakhir Ahad (5/1) di tengah kurangnya pemilih akibat ketegangan dan kekerasan berdarah.
Setidaknya 18 orang tewas saat bentrokan yang bertujuan menggagalkan pemilihan umum, pecah di seluruh negeri. Pemboikotan oleh oposisi membuat pemilu jadi kontroversial dan sepihak, Anadolu Agency melaporkan yang diberitakan Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Pemungutan suara telah berakhir di 147 daerah pemilihan di seluruh negeri.
Setidaknya delapan calon independen memboikot pemilu nasional itu dan menuduh kecurangan dilakukan oleh kandidat partai berkuasa di provinsi dan kabupaten yang berbeda, termasuk ibu kota Dhaka.
Baca Juga: HRW: Pengungsi Afghanistan di Abu Dhabi Kondisinya Memprihatinkan
Sebanyak 399 proses pemilihan di tempat pemungutan suara di seluruh negeri ditunda karena mendapat serangan.
Wakil Sekjen Partai Nasionalis Bangladesh (BNP) Mirza Fakhrul Islam Alamgir hari Ahad, berterima kasih atas nama Khaleda Zia, kepada rakyat Bangladesh yang menolak pemilu “lucu dan sepihak”.
Dalam pernyataannya yang dikirim ke media hari itu, Khaleda mengatakan rakyat menolak pemilihan parlemen ke-10 yang kontroversial dari pemerintah Liga Awami.
Ketua Komisi Pemilihan Kaji Rakibuddin Ahmed mengatakan, beberapa partai politik memboikot pemilu parlemen ke-10, akibatnya jumlah pemilih tidak signifikan.
Baca Juga: Gunung Berapi Kanlaon di Filipina Meletus, 45.000 Warga Mengungsi
Ada tujuh partai politik yang terdaftar sebagai pro-partai berkuasa Liga Awami Bangladesh, dari 40 peserta pemilu.
Partai oposisi utama, Partai Nasionalis Bangladesh (BNP) dan Jamaat-e-Islami Bangladesh yang memimpin 18 aliansi partai berbagai haluan dan masyarakat sipil, masyarakat internasional, dan mayoritas rakyat Bangladesh, telah memboikot jajak pendapat Ahad itu. (T/P09/E1).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan