Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wahyudi KS: Santri Tahfidz Harus Komitmen Bebaskan Buta Huruf Al-Quran

Fauziah Al Hakim - Ahad, 23 Oktober 2016 - 22:56 WIB

Ahad, 23 Oktober 2016 - 22:56 WIB

368 Views ㅤ

Bogor, 22 Muharram 1438/23 Oktober 2016 (MINA) – Amir Majelis Tarbiyyah dan Taklim Pusat (MTTP) Jama’ah Muslimin, Wahyudi KS mengatakan, seorang santri yang  masuk dalam lembaga tahfidz harus mempunyai komitmen untuk membebaskan buta huruf Al-Quran.

“Jadi bukan hanya mengorbitkan dirinya saja sebagai penghafal Al-Quran, tapi dia harus punya komitmen bahwa pada hakekatnya ketika seseorang diberikan ilmu tentang pemahaman Al-Quran kemudian dia tidak mengajarkan maka dia masuk dalam kategori menyembunyikan kebenaran,” ujar Wahyudi kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Ahad (23/10).

“Padahal Allah melarang jangan kamu menyembunyikan kebenaran sedangkan kamu mengetahuinya. Jadi kalau orang bisa tapi tidak mengajarkan itu dosa di hadapan Allah,” tambahnya.

Selain itu, santri hafidz harus menjadi komitmen semua orang karena setiap Muslim harus memiliki kesamaan sikap terhadap Al-Quran.

Baca Juga: Wamenag Sampaikan Komitmen Tingkatkan Kesejahteraan Guru dan Perbaiki Infrastruktur Pendidikan 

“Yang saya pahami dan harus diratakan pada umat Islam paling tidak ada tujuh sikap terhadap Al-Quran, yaitu harus membenarkan, membaca, mendengarkan, menghafal, menghayati, mengamalkan, dan mengajarkan,” tuturnya.

Ia mengatakan, gerakan santri tahfizd ini semestinya harus menyentuh perasaan para pendidik dan orang tua, sehingga menjadi sebuah gerakan global semua umat Islam untuk melakukan tindakan dan mempunyai sikap yang sama terhadap Al-Quran.

“Kita harus membenarkan, sehingga tidak ada lagi keraguan terhadap Al-Quran,” tegasnya. (L/P006/R05)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Palestina
MINA Health
Khadijah
Indonesia