Warga Nagorno-Karabakh: Kami Tidak Merasakan Gencatan Senjata

Orang-orang membawa seorang pria yang terluka dari Katedral Juruselamat Suci setelah gereja ditembaki oleh artileri Azerbaijan di luar Stepanakert di Nagorno-Karabakh, Kamis, 8 Oktober 2020. (ArmNews TV melalui AP)

Stepanakert, MINA – Bentrokan baru di terjadi pada Ahad malam (11/10) di tengah masa yang telah disepakati oleh Azerbaijan dan Armenia di Moskow.

Penduduk ibu kota Nagorno-Karabakh, Stepanakert, yang mendapat serangan pekan lalu mengatakan kepada kantor berita AP bahwa mereka belum merasakan gencatan senjata yang disepakati di Moskow pekan lalu.

“Kami sama sekali tidak merasakan gencatan senjata. Kami tidak keluar dari sini ke flat kami,” kata Larisa Azeryan, warga yang tinggal di tempat penampungan di ruang bawah tanah sebuah gedung apartemen, Senin (12/10), demikian Al Jazeera melaporkan.

“Kami semua tinggal di sini, kami makan di sini, tidur di sini. Sepanjang hari dihabiskan di sini, di ruang bawah tanah,” katanya.

Lebih dari 500 orang, termasuk lebih dari 60 warga sipil, dilaporkan tewas dalam pertempuran kurang dari satu bulan di wilayah Azerbaijan yang diduduki Armenia tersebut.

Sementara itu, PBB memyatakan “sangat kecewa” dengan pelanggaran gencatan senjata yang “tidak dapat diterima.”

Dalam pengarahan kepada wartawan di New York, Stephane Dujarric, Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres meminta semua pihak untuk memenuhi perjanjian gencatan senjata yang diumumkan di Moskow.

“Kami juga berbagi kekhawatiran Komisaris Tinggi untuk Hak Asasi Manusia atas penderitaan warga sipil,” kata Dujarric, Senin. (T/RI-1/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)