Ramallah, MINA – Para pemilih memberikan suara pada hari Sabtu (26/3) di kota-kota Tepi Barat yang diduduki Israel, dalam praktik demokrasi yang langka setelah satu setengah dekade penundaan pemilihan umum Palestina.
Ini adalah pemilihan kota tahap kedua setelah putaran pertama pemungutan suara pada bulan Desember 2021 di 154 desa Tepi Barat.
Pemungutan suara hari Sabtu diadakan di 50 kota besar dan kecil, dengan banyak pemilihan umum tanpa kandidat dalam beberapa kasus.
Wasfi Ramhi, yang memberikan suara di kota Al-Bireh, mengatakan, dia berharap itu akan mengarah pada pemilihan nasional.
Baca Juga: Majelis Umum PBB akan Beri Suara untuk Gencatan Senjata ‘Tanpa Syarat’ di Gaza
“Jika mereka demokratis, adil dan bebas, mereka akan membantu kami menyelenggarakan pemilihan legislatif dan presiden,” katanya, The New Arab melaporkan.
Tidak ada pemilihan legislatif atau presiden yang diadakan di wilayah Palestina selama 15 tahun, menyusul penundaan berulang kali.
Pemilihan kota terakhir, yang diadakan pada tahun 2017, diboikot oleh Hamas, penguasa di Jalur Gaza.
Hamas juga memboikot pemungutan suara ini sebagai protes atas penundaan pemilihan parlemen dan presiden yang telah dijadwalkan tahun lalu oleh Presiden Mahmud Abbas.
Baca Juga: Sudah 66 Hari Israel Blokir Bantuan Kemanusiaan ke Gaza Utara
Masa jabatan presiden Abbas seharusnya berakhir pada 2009.
Ketua Komisi Pemilihan Umum Hanna Nasser mengatakan, sejumlah kandidat telah ditangkap menjelang pemungutan suara.
“Ada kandidat yang ditangkap sebelum hari ini,” kata Nasser. “Ini menunjukkan campur tangan terang-terangan dalam proses pemilihan.”
“Penangkapan dilakukan karena alasan politik untuk mencegah kandidat tertentu mencalonkan diri dalam pemilihan,” katanya dalam konferensi pers. (T/RI-1/P2)
Baca Juga: Smotrich: Israel Tolak Normalisasi dengan Saudi jika Harus Ada Negara Palestina
Mi’raj News Agency (MINA)