Wawancara dengan Ir. Nur Ikhwan Abadi tentang Pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Rakhine

Kemajuan fisik pembangunan Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Rakhine, Myanmar, yang diprakasai oleh lembaga kemanusian medis kegawatdaruratan, Medical Emergency Rescue Committee (MER-C), saat ini sudah mencapai 85 persen.

Pembangunan itu merupakan salah satu bentuk diplomasi damai yang dilakukan MER-C melalui bidang kesehatan, untuk merajut kembali asa dan harapan membangun kembali kehidupan sosial masyarakat Rakhine, Myanmar yang terkoyak, berdasarkan agama dan etnis, akibat kerusuhan sejak 2012 lalu.

Rumah Sakit Indonesia nantinya akan memberikan pelayanan kesehatan bagi semua kalangan masyarakat, baik masyarakat Muslim maupun Buddha.

Dalam pembangunan RSI ini, MER-C juga mengadakan kerja sama dari Pemerintah Indonesia, yaitu Palang Merah Indonesia (PMI), Perwakilan Umat Buddha Indonesia (WALUBI) dan berbagai kalangan masyarakat.

bersama tiga relawan MER-C lainnya (dua insinyur dan dua pekerja proyek), akan kembali bertolak ke Rakhine Myanmar pada Senin (28/1) pagi. Mereka akan melakukan pengerjaan tahap akhir pembangunan RSI hasil donasi masyarakat Indonesia ini.

Lantas, bagaimana lika-liku pembangunan rumah sakit di sana? Berikut petikan wawancara , Insyaf Gunawan  dengan Relawan MER-C yang saat ini tengah membangun gedung rumah sakit itu, Ir. Nur Ikhwan Abadi, Sabtu (26/1), di Kantor Pusat MER-C Jakarta:

MINA: Bagaimana kondisi pembangunan RSI di Myanmar saat ini?

Nur Ikwan: Pembangunan RSI di Negara Bagian Rakhine, Myanmar, sudah berjalan 85 persen, sekarang masuk tahap finishing, lantai, listrik, plafon dan pengecatan.

Prediksi kami mudah-mudahan bulan Febuari ini dapat segera diselesaikan, karena situasi di Rakhine sulit diprediksi. Yang pertama masalah keamanan, karena di masa pembangunan RSI ini masalah keamanan menjadi kendala utama.

Baru-baru ini sayap militer Arakan Army bentrok dengan militer pemerintah Myanmar, sehingga pengetatan penjagaan di seluruh Rakhine termasuk di dekat lokasi rumah sakit. Ini berimbas pada para pekerja yang menjadi takut datang ke lokasi rumah sakit sehingga menghambat proses pembangunan.

Situasi seperti ini sering terjadi seperti yang terjadi tahun lalu pada bulan Januari. Begitu kejadian meletus, pekerja tidak berani datang ke lokasi, karena kebanyakan dari mereka ke lokasi RSI harus berjalan kaki. Saat dalam perjalanan mereka merasa takut diinterogasi petugas militer setempat.

Kendala utama lainnya adalah daerahnya jauh dari tempat penginapan.

Selain itu, cuaca di sana jika sudah musim hujan, tidak berhenti sampai tiga bulan lamanya. Kondisi cuaca buruk ini mengakibatkan terjadinya banjir. Pernah terjadi sekali banjir ini pada pertengahan tahun lalu sehingga pekerja berhenti. Itu gambaran secara umum lokasi di sana.

Jadi pembangunan rumah sakit ini tidak semudah kita bayangkan, sebab sebenarnya dengan kondisi normal rumah sakit bisa selesai pembangunannya hanya 10 bulan. Namun, karena tantangan yang harus dihadapi di sana begitu kompleks, maka pembangunan bisa sampai lebih dari 1 tahun.

MINA: Bagaimana kondisi di sekitar RSI di Myanmar?

Nur Ikhwan: RS Indonesia berada dekat dengan dua perkampungan dengan masyarakat yang beda agama. Satu kampung Muslim dan satu lagi kampung masyarakat Buddha. Saling berdekatan. Alhamdulillah, selama di sana aman-aman saja dan tidak ada gesekan satu sama lain.

MINA: Bagaimana akses kesehatan?

Nur Ikhwan: Akses untuk masyarakat Muslim bisa ditangani, sehingga Muslim yang jaraknya cukup jauh bisa datang ke rumah sakit kita, berobat di situ, yang jaraknya satu sampai dua jam perjalanan.

Rumah sakit di sana banyak, tetapi rumah sakit kita satu-satunya yang menangani khususnya bagi orang Muslim dan orang Budha di sana.

Ada Rumah sakit lama, tetapi fasilitas terbatas, dengan pembangunan rumah sakit yang baru ini, selain bangunanya lebih luas dan insya-Allah akan dilengkapi dengan alat-alat yang memadai dan bisa dibilang rumah sakit yang terbesar di daerah situ.

MINA: Bagaimana dengan suplai material untuk pembangunan RSI di Rakhine ?

Nur Ikhwan: Suplai material membutuhkan waktu yang lama, didatangkan dari jarak jauh, setidaknya ada tiga cek poin untuk bisa masuk ke lokasi, surat-surat harus lengkap.

Disamping itu, kalau musim hujan bisa mengakibatkan banjir, sehingga jalan ke arah Rakhine itu terputus karena kerendam banjir, harus mengirim beberapa orang mereka untuk menangani hal itu, harus nginap untuk beberapa hari karena mobil tidak bisa melintas.

Masuk bulan, Mei, Juni dan Juli, itu hujan tinggi karena selama di sana kami merasakan sekali banjir besar.

MINA: Bagaimana dengan dukungan Pemerintah RI ?

Nur Ikhwan: Pemerintah mengawal untuk membantu proses perizinan dan alhamdulillah mendukung  pembangunan RSI di sana, dari proses perizinan rumah sakit, proses tinggal kita di Rakhine sendiri.

MER-C ini satu-satu LSM yang bisa diizinkan tinggal di daerah Mrak-u, Rakhine, lokasi RSI. LSM mungkin selevel ICRC (Palang Merah Internasional) ada di sana, sedangkan LSM yang lain dari Indonesia nampaknya nggak bisa tinggal tetap (stay), mereka sistemnya hit and run, datang bawa bantuan dan pergi lagi.

MER-C bisa menjadi satu-satunya yang bisa menetap di sana, hanya MER-C, alhamdulillah sudah dipercaya. Kita menjalin hubungan dengan semua pihak, jangan sampai ada yang beranggapan RSI dibangun hanya untuk orang Muslim saja. Kami jelaskan bahwa rumah sakit ini dibangun buat warga Buddha, Muslim dan semuanya boleh menerima pelayaan kesehatannya.

Duta Besar Indonesia untuk Myanmar cukup memberi perhatian di sana, mereka memantau, kita selalu komunikasi. Mereka menanyakan progres dan mendukung sekali. RSI adalah juga bagian dari diplomasi kemanusian.

MINA: Kapan pengiriman sukarelawan selanjutnya, ada berapa orang?

Nur Ikhwan Abadi : Saya, Ir. Fauzi, Wanto dan Karidi, dua insinyur dua tukang, akan kembali berangkat ke Rakhine Myanmar pada Senin (28/1) pagi. Saya dan Fauzi, untuk pengawasan dan untuk Karidi memang bidangnya instalasi listrik dan segala macam.

Prediksi kita bulan Febuari 2019 selesai kalau gak ada halangan, karena kerja kita sesuai amanah.

MINA: Lainnya apa yang sedang dikerjakan ?

Nur Ikhwan: Kita masih memperbaiki halaman depan dan insya-Allah kita bikin di belakang rumah sakit, untuk penampung air hujan dalam jumlah yang besar, sehingga airnya tidak hanya  digunakan untuk rumah sakit, tapi juga warga sekitar.

Lainnya kita nanti juga punya program jangka panjang, seperti program kesehatan masyarakat, pelatihan dokter dan lain sebagainya.(W/Gun/R01/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.