Dhaka, MINA – Program Pangan Dunia PBB (WFP) mengatakan, bahwa mereka membutuhkan lebih banyak bantuan dana untuk dapat terus membantu ratusan ribu pengungsi Rohingya, yang telah tinggal di kamp-kamp Bangladesh setelah melarikan diri dari serangan oleh militer Myanmar tahun lalu.
WFP mengungkapkan telah menghabiskan sekitar AS$ 20 juta untuk membantu para pengungsi di Bangladesh setelah penumpasan di Myanmar pada bulan Agustus 2017.
“Kami di sini untuk menyoroti penderitaan keluarga-keluarga Rohingya sehingga pemerintah di seluruh dunia tidak melupakan kebutuhan mereka. Komunitas internasional melangkah dengan cara yang sukses … tetapi dalam waktu dekat kami akan membutuhkan lebih banyak uang,” kata Direktur Eksekutif WFP David Beasley dalam konferensi pers yang dilaporkan The Asian Independent dan dikutip MINA, Kamis (1/11).
Beasley mengatakan, kekurangan dana itu karena fakta bahwa dalam dua tahun terakhir jumlah pengungsi meningkat dari 80 juta menjadi 224 juta, akibat konflik di Suriah, Irak, Yaman, Sudan Selatan, Nigeria atau Nigeria Timur Laut.
Baca Juga: Pengadilan Belanda Tolak Gugatan Penghentian Ekspor Senjata ke Israel
WFP biasanya mengimpor pasokan bantuan dari luar negeri tetapi dalam kasus Bangladesh, agensi tersebut telah mencoba mengintegrasikan ke dalam ekonomi lokal, kata Beasley, menambahkan bahwa WFP telah membeli sekitar AS$ 10 juta produk tiap bulan dari Bangladesh.
Beasley juga mengatakan bahwa situasi telah membaik di kamp-kamp pengungsi sejak kunjungannya tahun lalu.
Sementara itu, pada Selasa (30/10), Bangladesh mengumumkan bahwa mereka akan mulai memulangkan pengungsi Rohingya ke Myanmar sekitar pertengahan November ini. Pengumuman itu datang hampir setahun setelah kedua negara menandatangani perjanjian repatriasi pada November 2017.
Eksodus Rohingya telah dimulai setelah militer Myanmar melancarkan serangan Agustus di negara bagian Rakhine setelah serangan terhadap beberapa pos pemerintah oleh pemberontak Rohingya.
Baca Juga: Macron Resmi Tunjuk Francois Bayrou sebagai PM Prancis
Serangan itu secara global dikecam karena pelanggaran hak asasi termasuk rampasan, penyiksaan, pemerkosaan dan pembakaran seluruh desa Rohingya. PBB menyebutnya “pembersihan etnis”. (T/B05/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Jerman Batalkan Acara Peringatan 60 Tahun Hubungan Diplomatik dengan Israel