Yahya Jammeh Diberi Batas Hingga Jumat Siang Serahkan Kekuasaan

Presiden Yahya Jammeh yang masa jabatannya berakhir pada 19 Januari 2017, tapi menolak mundur. (Foto: Straigh from Naija)

 

Banjul, 22 Rabi’ul Akhir 1438/21 Januari 2017 (MINA) – Para pemimpin Afrika Barat memberikan Yahya Jammeh yang kalah dalam pemilu bulan lalu batas waktu untuk menyerahkan kekuasaannya kepada Presiden Gambia terpilih Adama Barrow sampai Jumat (20/1) tengah hari.

Jammeh yang telah memimpin Gambia selama 22 tahun harus menyerahkan kekuasaannya dan setuju untuk meninggalkan Gambia atau menghadapi aksi militer dari blok regional ECOWAS (Masyarakat Ekonomi Negara-negara Afrika Barat).

Pasukan Afrika Barat mulai memasuki Gambia melewati perbatasan dengan Senegal untuk mendukung presiden baru yang dilantik pada Kamis di Kedutaan Gambia di ibukota Senegal, Dakar. Demikian Al Jazeera memberitakan yang dikutip MINA.

Namun, operasi militer dihentikan beberapa jam kemudian mendukung desakan diplomatik untuk upaya terakhir mencoba meyakinkan Jammeh yang keras kepala agar lengser dari jabatannya dengan damai.

“Kami telah menghentikan operasi dan memberinya ultimatum,” kata Marcel Alain de Souza, Ketua ECOWAS yang beranggotakan 15 negara Afrika Barat. “Jika pada tengah hari dia tidak setuju untuk meninggalkan Gambia kami benar-benar akan melakukan intervensi militer.”

Menurut de Souza, pembicaraan akhir dipimpin oleh Presiden Guinea Alpha Conde di Banjul, ibukota Gambia, pada Jumat (20/1) pagi.

Dia mengatakan total 7.000 tentara gabungan dengan pengerahan tank oleh Senegal dan empat negara lainnya, telah menyeberang ke negara itu pada Kamis malam tanpa perlawanan.

Sementara itu, panglima militer Gambia bergabung dengan warga biasa untuk merayakan di jalan-jalan pada Kamis, tujuh pekan setelah pelaksanaan pemilihan presiden yang dimenangkan oleh pemimpin oposisi Adama Barrow.

Mengutip angka dari pemerintah Senegal, badan pengungsi PBB UNHCR mengatakan pada Rabu (18/1), setidaknya 26.000 orang telah melarikan diri dari Gambia menyeberang ke Senegal sejak awal krisis karena takut terjadinya kerusuhan. (T/RI-1/P1)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.