Yayasan Al-Mujahidin Pandeglang Segera Dirikan Sekolah Al-Azhar

, MINA – Yayasan Al-Mujahidin Cihideung Cimanuk (YAMCC) Pandeglang dalam waktu dekat akan membangun Islam Al-Azhar atas kerjasama dengan Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar (YPIA) di lahan wakaf milik warga kampung Cihideung.

“Nota Kesepahaman YAMCC dan YPIA akan ditandatangani segera setelah Madrasah Aliyah Negeri yang ada di Cihideung pindah ke lokasi lain. Insya Allah dalam waktu dekat ini,” kata salah seorang Pendiri dan Pembina YAMCC Pandeglang, Aat Surya Safaat kepada pers di Pandeglang, Rabu (6/2).

Yayasan Pesantren Islam (YPIA) didirikan oleh Buya Hamka, berpusat di Masjid Agung Al Azhar, yang merintis sekolah umum berbasis Islam sejak level Taman Kanak-Kanak sampai SMU, sehingga tamatannya juga banyak diterima di berbagai fakultas perguruan tinggi umum  seperti kedokteran, teknik, pertanian, ekonomi, hukum  dll. Jadinya sekolah Islam favorit ini banyak diminati dan sudah ada di berbagai penjuru tanah air. Terakhir YPIA juga mendirikan Universitas Islam Al Azhar.

Aat lebih lanjut menjelaskan, rencana pembangunan sekolah tersebut merupakan cita-cita para tokoh masyarakat Cihideung sejak lama, terlebih warga Cihideung memiliki tanah wakaf yang relatif luas, termasuk lahan yang sekarang ditempati Madrasah Aliyah Negeri (MAN).

Gedung di atas tanah wakaf yang kini masih ditempati MAN itu sendiri pada masa lalu digunakan sebagai gedung sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA) dan Madrasah Ibtidaiyah, bahkan di tanah wakaf lainnya telah dibangun Gedung Majelis Ulama.

Menurat Aat Surya yang mantan Direktur Pemberitaan Kantor Berita ANTARA 2016-1017 yang juga pernah menjadi Kepala Biro ANTARA di New York itu, khusus di Provinsi Banten, Sekolah Islam Al-Azhar sebelumnya sudah berdiri di Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kabupaten Tangerang, Kota Serang, dan Kota Cilegon.

“Saya optimistis sekolah Al-Azhar di Cihideung nanti memiliki prospek bagus. Selain karena lokasinya strategis di pinggir jalur utama Labuan-Pandeglang, nama Kampung Cihideung itu sendiri sudah dikenal luas sejak zaman perang Kemerdekaan,” kata Aat.

Pada masa lalu, lanjutnya, banyak tokoh nasional yang berkunjung ke Cihideung, menemui tokoh kharismatis dan pejuang kemerdekaan yang lahir dan berdomisili di sana, yakni almarhum H. Mas Mustofa (Haji Apo).

Tokoh-tokoh nasional dimaksud antara lain Bung Tomo (pejuang kemerdekaan dari Surabaya), Dr. Muhammad Natsir (mantan Perdana Menteri RI, Menteri Penerangan dan tokoh internasional di dunia Islam) serta ulama kharismatis Buya Hamka.

“Ketika Buya Hamka bertemu H Mustofa, beliau  tertarik dengan nama Majelis Ulama yang sudah ada Cihideung. Maka kemudian terbentuklah Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Jakarta pada 26 Juli 1975,” kata wartawan senior itu.

Ia menambahkan, berapa tokoh Masyumi juga pernah menemui H. Mustofa di Cihideung, yakni Prawoto Mangkusasmito dan KH. Abdullah Salim, selain juga KH. Sholeh Iskandar dan KH. EZ. Muttaqin, pejuang yang memiliki integritas dan komitmen tinggi dalam memperjuangkan agama, bangsa, dan negara.

Sementara itu, Ketua YAMCC Salman Sunardi pada acara riungmungpulung di Cihideung belum lama ini menyatakan bersyukur yayasan yang dipimpinnya sudah berbadan hukum berdasarkan SK Menteri Hukum dan HAM dengan Akte Yayasan Nomor 70 tanggal 25 September 2018.

Dengan memiliki payung hukum tersebut, lanjutnya, maka YAMCC sudah siap bekerjasama secara resmi dengan YPIA untuk mendirikan sekolah Al-Azhar di Kampung Cihideung. Kerjasama akan didahului dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) kedua pihak.

Salman juga menjelaskan, para pengurus YPIA telah mengirimkan tim survey ke Cihideung Pandeglang guna melihat secara langsung kesiapan fisik yang akan menjadi lokasi sekolah Al-Azhar di sana.

Lokasi dan ruang kelas yang ada sementara ini masih ditempati Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Cihideung Pandeglang. Sekolah tersebut akan pindah ke lokasi yang tidak begitu jauh dari Kampung Cihideung pada tahun 2019 ini.

Sekolah Islam Al-Azhar nanti (yang baru akan beroperasi pada tingkat TK dan SD) akan langsung menempati lokasi yang ditinggalkan MAN tersebut karena lahan dan sebagian besar bangunannya adalah milik warga Cihideung dengan status tanah wakaf.(L/R01/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.