Ponorogo, 8 Rajab 1438/5 April 2017 (MINA) – Cendekiawan Muslim Internasional Dr. Zakir Abdul Karim Naik saat mengisi kuliah umum di Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor, memaparkan konsep Tuhan dan wajibnya menerapankan Syariah.
Zakir Naik saat membahas konsep mengenai Tuhan, dari segi pandang agama Yahudi, Kristen, Hinduisme, dan Islam.
Ia menilai, umat Hindu memahami konsep tuhan yang berbeda dengan rujukannya. Bahwa dalam rujukan kitab Hindu sebenarnya ada penggambaran Tauhid.
“Bila ditanya, berapa Dewa, maka kaum Hindu dapat menjawab banyak Dewa. Namun bisa juga satu Tuhan. Bahwa Matahari, Bulan, dan lain-lain itu tuhan atau dewa. Semuanya adalah God. Sedangkan Islam mengatakan itu semuanya adalah God’s, milik Tuhan,” ungkapnya saat berbicara di halaman gedung Rektorat UNIDA Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, Selasa Malam (4/4).
Baca Juga: Gunung Berapi Kanlaon di Filipina Meletus, 45.000 Warga Mengungsi
Dalam menyampaikan persepsi ketuhanan, perlu mengacu ke ayat 64 surat Ali Imran, dan di kitab Hindu sebenarnya ada penegasan ini.
“Dan tidak boleh ada penyerupaan seperti gambar, patung, dan lain lain, dan tak mungkin ada yang serupa, sebenarnya,” katanya.
Ia menjelaskan, persepsi ketuhanan seperti itu, ditegaskan juga di Kitab Keluaran dan Bilangan di Bibel 10 Perintah Tuhan dalam ajaran Kristen.
“Jadi, sebenarnya ada larangan seperti itu di Hindu, Yahudi, Kristen,” jelasnya.
Baca Juga: Pengadilan Belanda Tolak Gugatan Penghentian Ekspor Senjata ke Israel
Menurut Zakir, Muslim percaya penuh bahwa Rasulullah ‘Isa atau Yesus bin Maryam As adalah Rasul terkemuka, lahir tanpa ayah, dengan banyak mukjizat, Al-Masih di Akhir Jaman, dan lain-lain. Namun tidak mungkin diterima bahwa Isa adalah Tuhan, karena di Bibel juga ini ditolak seperti termaktub di banyak ayat.
“Jika ada di Bibel yang menyatakan bahwa Yesus menyatakan dirinya Tuhan, maka saya bersedia masuk Kristen,” tegasnya.
Ia menegaskan kembali bahwa surah Al-Ikhlas di Al-quran adalah dasar dari keagamaan atau theologi dan penguji seluruh aneka agama yang dikenal manusia.
Dalam penyampaiannya Zakir Naik juga menyinggung pentingnya menggunakan kata “Allah” yang sebuah kata dari bahasa Arab.
Baca Juga: Macron Resmi Tunjuk Francois Bayrou sebagai PM Prancis
“Muslim harus menggunakan kata “Allah” untuk merujuk kepada Tuhan Yang Maha Esa. Namun agar orang yang tidak mengerti bahasa Arab, saya tidak keberatan menerjemahkannya ke bahasa lain, agar orang itu mengerti. Namun “God” bukanlah penerjemahan yang tepat,” tegasnya.
Acara ini yang dihadiri ribuan umat Islam begitu meriah, hingga memenuhi halaman Masjid kompleks UNINDA seluas dua hektar bernaungan tenda untuk sebagian pesertanya, begitu antusias menikmati ceramah, sesekali diiringi tawa ringan menyikapi candaan sambutan sejumlah tokoh Gontor dan ceramah Zakir Naik.
Kuliah umum berjudul “Religion in the Right Perspective” yang diawali dengan pidato putranya, Fariq Naik tentang berbagai bukti kasih-sayang kaum Muslimin di masa kaum Salafush Shalih, sambutan dari tuan rumah dan pemberian cinderamata.
Dalam sambutannya, Zakir Naik mengaku gembira dengan adanya fakultas di UNIDA Gontor yang mengajarkan perbandingan agama yang terbesar di Indonesia.
Baca Juga: Jerman Batalkan Acara Peringatan 60 Tahun Hubungan Diplomatik dengan Israel
“Saya senang ada fakultas perbandingan agama di sini,” katanya.
Wajib Menerapkan Syariah
Dai asal Mumbai, India tersebut juga mengingatkan wajibnya menerapkan hukum syariah. Menurutnya, hukum syariah bukan soal potong tangan yang banyak dikesankan sebagai aturan primitif.
“Renungkanlah bahwa negara yang paling rendah tingkat kriminalitasnya di dunia, adalah negara Islam Arab Saudi,” ucapnya.
Baca Juga: Macron akan Umumkan Perdana Menteri Baru Hari Ini
Zakir juga membahas tentang potensi gangguan kepada perempuan tidak berhijab di Barat dan Amerika, bahwa perempuan berpakaian ala Barat yang terbuka auratnya lebih rawan diganggu dibandingkan wanita yang menerapkan syariat hijab.
“Dan ingat, negara yang paling banyak pemerkosaan adalah di AS, berdasarkan berbagai laporan. Jika secara statistik hitungan rata-rata, ada tiga pemerkosaan dalam satu menit,” paparnya.
Zakir berpendapat, bila hukum syariah diterapkan di AS angka itu akan menurun. Karena, Islam menunjukkan jalan “salaamah” atau keselamatan.
“Karena Islam itu adalah “salaam”, peace, kedamaian,” pungkasnya.
Baca Juga: Suriah akan Buka Kembali Wilayah Udara untuk Lalu Lintas Penerbangan
Selanjutnya, kuliah umum diteruskan dengan tanya jawab dengan peserta yang hadir. Sejumlah peserta non-Muslim dan mualaf memberikan pertanyaan seputar Islam yang dianggap salah atau benar.
Dari kegiatan tersebut, dua orang non-Muslim mengikrarkan syahadat secara terbuka. Begitu semangatnya Zakir Naik menjawab berbagai pertanyaan, kuliah umum ini, yang berlangsung dari pukul 20.00 wib malam hingga 01.00 dini hari.(T/R10/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)