Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency)
Pekan pertama Ramadhan 1438 kemarin, Real Madrid asal Spanyol meraih Juara Liga Champions ke-12 di Cardiff, Wales, setelah menekuk Juara Italia, Juventus dengan skor telak 4-1. Ini merupakan Trofi Si Kuping Besar yang sama, mengulang tahun sebelumnya saat mengalahkan tim sekota Atletico Madrid.
Di rumput hijau memang ada pencetak gol Ronaldo, Casemiro dan Asensio. Juga ada sang pemberi assist Carvajal, Modric, dan Marcelo, si pengatur serangan Kroos dan Isco, serta sang kapten Ramos.
Namun, di belakang semua pemain itu, ada sosok di bangku pinggir lapangan yang menjadi penentu pemain dan arah permainan. Tidak lain adalah sang entrenador Zinedine Zidane.
Baca Juga: Hijrah Hati dan Diri: Panduan Syariah untuk Transformasi Spiritual dan Pribadi
Walaupun saat ditanya wartawan seusai pertandingan, pelatih berdarah Al-Jazair kelahiran Marseille, Prancis, 23 Juni 1972 itu mengatakan bahwa dirinya menolak disebut sebagai pelatih terbaik saat ini.
“Saya bukan pelatih terbaik di dunia, tapi saya hanya berusaha mencoba menikmati pertandingan ini,” ujar Zizou, begitu ia disapa.
Ia pun disebut-sebut sebagai salah satu dari atlet Muslim dunia sepanjang masa bersama atlet Muslim dunia lainnya dari berbagai cabang olahraga. Di antaranya sebut saja petinju Muhammad Ali dan Mike Tyson, petenis Marat Safin, atlet cricket Imran Khan, pebola basket Shaquille O’Neal, Hakeem Olajuwon dan Kareem Abdul-Jabbar.
Muslim yang Taat
Baca Juga: Aksi Peduli Palestina: Cara Efektif dan Nyata Membantu Sesama yang Membutuhkan
Nama lengkapnya, Zinedine Yazid Zidane, adalah seorang Muslim keturunan Aljazair yang bermigrasi ke Prancis. Zinedine berasal dari bahasa Arab Zainuddin, yang artinya Perhiasan Agama.
Ia sudah memulai karir di dunia sepak bola sejak umur 14 tahun ketika bermain di klub As Cannas kemudian berpindah ke klub Girodins Bordeux. Sebelum kemudian berpindah ke klub besar Juventus dan terakhir Los Blancos.
Satu setengah musim mempersembahkan lima trofi, yaitu dua trofi Liga Champions, Piala Super Eropa, Juara Dunia Antarklub, dan satu trofi La Liga, tentu merupakan prestasi luar biasa bagi seorang pelatih baru.
Sebagai seorang Muslim, ia sempat mengakui dirinya sebagai “non-practicing Muslim” (Muslim yang tidak mempraktikan Islam).
Baca Juga: Enam Cara Mudah Bantu Palestina
Kemungkinan di antaranya karena dia juga menikahi wanita Kristen. Namun isterinya tidak pernah berkomentar mengenai agamanya, kecuali mengatakan bahwa isterinya menerima agama orang lain.
Namun, sejak sebagai pemain di berbagai liga, setiap Ramadhan tiba ia tetap menjalankan ibadah puasa dengan baik. Walaupun harus menjalani serangkaian pertandingan di atas lapangan.
Ia juga selalu memperhatikan waktu-waktu shalat, dan ia mengerjakannya jika sudah tiba waktunya, sebelum pertandingan.
Saat Zidane dalam puncak karirnya, ia menderita cidera otot yang mengharuskannya istirahat cukup lama. Saat masa pemulihan yang cukup lama, ia gunakan kesempatan itu untuk pergi haji ke tanah suci Makkah Al-Mukarramah pada 29 Januari 2004. Sebelum tahun 2006 saat ia menyatakan gantung sepatu.
Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?
Manajemen Madrid kemunian menunjuknya sebagai Pelatih Madrid Junior, dan kemudian ditunjuk sebagai asisten pelatih pada tahun 2012 sampai 2014. Hingga akhirnya 5 Januari 2016 presiden klub resmi mengangkat Zinedine Zidane sebagai pelatih Muslim pertama Real Madrid mengantikan pelatih sebelumya Rafael Benitez.
Dr. H. Martin Roestamy, Rektor Universitas Juanda Bogor yang juga Ketua Umum Dewqan Pimpinan Pusat Al-Ittihadiyah, ikut merasakan kebahagiaan tersendiri terhadap sesama Muslim, terhadap Zinedine Zidane.
Baginya, bukan sekedar bola dan Madrid Spanyol. Namun seolah mengigatkan sejarah kejayaan Islam selama abad ke-8 sampai abad ke-15 berada di tanah Spanyol.
Menurutnya, Zizou adalah sosok yang juga pernah memengaruhi kebijakan merekrut para pemain Muslim seperti Nuri Sahin, Karim Benzema, Mesut Ozil, dan Sami Khedira.
Baca Juga: Suriah dan Corak Bendera yang Berganti
Dan tentu ada sponsor pengusaha Muslim, Emirates Air Line.
Adapun kegiatan Zizou di luar sepakbola ayah dari empat anak itu adalah aktif dalam beberapa yayasan amal yang didirikannya, terutama yang bergerak di bidang amal untuk anak-anak Muslim di Prancis dan Aljazair.
Ia peduli pada nasib anak-anak dari kalangan dhuafa, karena menyadari betapa masih banyak anak-anak Muslim terutama di negaranya Prancis dan darah orang tuanya Aljazair, yang memerlukan bantuan dari orang sepertinya yang telah diberi kesuksesan oleh Yang Maha Kuasa.
Zidane senantiasa teringat bagaimana dulu ia pernah menangis karena tidak punya sepatu untuk bermain bola. Namun kemudian ia begitu terhenyak dan sadar, ternyata masih ada orang lain yang bukan hanya tidak punya sepatu, tapi bahkan tidak punya kaki akibat sakit, korban perang atau kejahatan.
Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-20] Malu Bagian dari Iman
“I once bried because i had no shoes to play with my friends, but one day I saw a man who had no feet, and i realized how rich I am”, ujarnya.
Dan dengan berbagai antarsesama, di situlah ia merasa menjadi kaya. (RS2/P1)
Dari berbagai sumber.
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)