ZIONIS ALAMI KERUGIAN EKONOMI SELAMA AGRESI KE GAZA

yair-lapid1
Menteri Keuangan Yair Lapid. (Foto: MEMO)

Tel Aviv, 5 Syawwal 1435/1 Agustus 2014 (MINA) – Harian dan radio Israel melaporkan, sekitar 70 persen dari lembaga, pabrik dan peternakan Zionis berhenti beroperasi sehingga mengakibatkan kerugian hampir 950 juta dolar (sekitar 11,2 triliun rupiah) sejak pemerintah Zionis melancarkan agresi di 7 Juli lalu.

Hampir 30 persen para pekerja di pusat Israel telah kembali bekerja di pabrik-pabrik di dalam tempat penampungan yang dibuat khusus untuk masa perang, harian Israel Haaretz melaporkan, Kamis.

Menurut surat kabar tersebut, kurangnya lingkungan kerja yang sesuai di dalam tempat penampungan telah mengurangi kapasitas produksi Zionis Israel sebanyak 40 persen, Middle East melaporkan sebagaimana dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Jumat.

Beberapa pemilik pabrik dan peternakan menuntut Departemen Keuangan Israel memberikan kompensasi atas kerugian yang diderita mereka.

Sementara Menteri Keuangan Israel Yair Lapid mengatakan, saat berkunjung ke wilayah selatan yang dijajah Israel pekan lalu, kementerian akan memberikan kompensasi bagi semua warganya yang terkena dampak perang Gaza.

Lapid juga menyatakan pemerintah Israel akan membentuk sistem pertahanan anti-rudal Iron Dome baru pada daerah mereka untuk mengusir roket-roket gerakan perlawanan .

Sebelumnya, sektor pariwisata Israel mengalami kerugian hingga 1,25 juta Dollar AS atau sekitar 1,4 triliun rupiah akibat perang yang dilancarkan penjajah tersebut ke Jalur Gaza.

Diperkirakan, kerugian dari sektor perhotelan sebesar 99 juta Dollar AS atau sekitar 1,1 triliun rupiah dari turis asing yang telah membatalkan perjalanan yang direncanakan ke “Israel” dan selebihnya sebesar 25 juta Dolar AS atau sekitar 300 juta rupiah dari turis lokal.

Seorang wartawan Yahudi Antoine Shalhat mengatakan roket-roket gerakan perlawanan Palestina itu telah menimbulkan kerugian besar terhadap perekonomian Israel memaksa pengusaha untuk memindahkan bisnis dan proyek mereka ke daerah utara tanah jajahan yang diyakini lebih aman.

Shalhat menjelaskan bahwa langkah tersebut akan meninggalkan masyarakat Israel dari wilayah selatan terancam dan memaksa mereka untuk berimigrasi ke wilayah utara.

Menurut jumlah yang dikeluarkan sebelumnya oleh Biro Pusat Statistik Israel pada akhir Maret lalu, wilayah selatan itu meberikan kekuatan ekonomi diperkirakan 10 persen dan memberikan kontribusi untuk delapan persen dari total ekspor luar negeri Israel.

Total ekspor luar negeri Israel sebesar 93 miliar dolar (sekitar 1098 triliun rupiah) pada tahun 2013, menurut Lembaga Ekspor Israel.(T/P02/EO2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Rana Setiawan

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0