Oleh: Royhanul Iman, Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam STAI Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jawa Barat
“Majulah Singapura” adalah lagu kebangsaan resmi negara Singapura sejak negara tersebut merdeka penuh pada tahun 1965. Tapi siapa tahu? Ternyata pencipta lagu tersebut tahun 1958 adalah orang berdarah Minang, yang pada saat itu berkewarganegaraan Indonesia.
Dialah putra Minangkabau yang menciptakan lagu kebangsaan Singapura “Majulah Singapura”, juga lagu resmi Hari Anak Singapura “Semoga Bahagia”.
Riwayat Singkat
Baca Juga: Bashar Assad Akhir Rezim Suriah yang Berkuasa Separuh Abad
Zubir Said lahir pada tahun 22 Juli 1907 di Fort de Kock (sekarang Bukittinggi), Sumatera Barat, Indonesia.
Zubir adalah anak tertua, ia mempunyai 3 adik laki-laki dan 5 adik perempuan. ayahnya bernama Mohamad Said bin Sanang, ibunya meninggal ketika ia berumur 7 tahun.
Sebelum merantau ke Singapura pada 1928, Zubir diketahui pernah bersekolah di Belanda. Panggilan hatinya untuk bermusik, membuatnya meninggalkan Belanda meskipun pilihannya itu ditentang oleh sang ayah.
Sejak kecil dia memang sudah tertarik dengan music. Ia belajar suling, gitar, drum dan alat musik lainnya secara otodidak. Hingga dia dijuluki sebagai komponis dengan “Jiwa Melayu sejati.”
Baca Juga: Nama-nama Perempuan Pejuang Palestina
Di Singapura ia bekerja sebagai musisi, bergabung dengan Grup Bangsawan, sebuah grup opera di mana para pemainnya berasal dari Melayu.
Tak lama setelah itu, pada tahun 1936 ia memutuskan untuk bekerja di perusahanaan rekaman His Master’s Voice.
Di perusahaan itulah ia bertemu dengan perempuan Jawa penyanyi keroncong, Tarminah Kario Wikromo, yang kemudian dipinangnya pada tahun 1938.
Ia dan isterinya, sempat kembali ke Bukittinggi, sebelum Perang Dunia II pada tahun 1941. Namun, pada tahun 1947, ia kembali lagi ke Singapura dan bekerja sebagai fotografer untuk surat kabar Utusan Melayu.
Baca Juga: Sosok Abu Mohammed al-Jawlani, Pemimpin Hayat Tahrir al-Sham
Lalu tahun 1949, ia menjabat sebagai pemimpin perusahaan Shaw Brothers Malay Film Production.
Tiga tahun kemudian ia menjadi pengubah musik di salah satu perusahan penerbit film melayu, Cathay Keris, dan menjadi penulis lagu di film-film melayu.
Pada tahun 1957, untuk kali pertama karya musiknya dipentaskan secara terbuka di Teater Victoria, Singapura.
Pada tahun berikutnya, 1958, Dewan Kota Singapura menetapkan salah satu komposisi Zubir sebagai lagu resmi Singapura, yang kemudian ditetapkan sebagai lagu kebangsaan Singapura, berjudul “Majulah Singapura”.
Baca Juga: Abah Muhsin, Pendekar yang Bersumpah Jihad Melawan Komunis
Secara resmi lagu itu dikumandangkan ketika negara itu merdeka pada 9 Agustus 1965, dinyanyikan dalam lirik lagu Melayu.
Lagu tersebut awalnya digubah dalam kunci G mayor. Pada tahun 2001, lagu kebangsaan secara resmi dikumandangkan dengan kunci F mayor untuk mendapat “aransemen yang lebih megah dan mengilhami”.
Lagu kebangsaan biasanya dinyanyikan pada upacara di sekolah-sekolah dan kamp angkatan bersenjata. Warga Singapura pun diminta untuk menyanyikan lagu kebangsaan tersebut pada perayaan nasional seperti Parade Hari Nasional.
Lirik lagunya membangkitkan semangat Singapura untuk terus maju, bersatu untuk cita-cita mulia.
Baca Juga: Pangeran Diponegoro: Pemimpin Karismatik yang Menginspirasi Perjuangan Nusantara
Mari kita rakyat Singapura
Sama-sama menuju bahagia
Cita-cita kita yang mulia
Baca Juga: Pak Jazuli dan Kisah Ember Petanda Waktu Shalat
Berjaya Singapura
Marilah kita bersatu
Dengan semangat yang baru
Semua kita berseru
Baca Juga: Jalaluddin Rumi, Penyair Cinta Ilahi yang Menggetarkan Dunia
Marilah kita bersatu
Dengan semangat yang baru
Baca Juga: Al-Razi, Bapak Kedokteran Islam yang Mencerdaskan Dunia
Dengan semangat yang baru
Semua kita berseru
Baca Juga: Abdullah bin Mubarak, Ulama Dermawan yang Kaya
Karya dan Penghargaan
Lagu-lagu ciptaan Zubir Said bervariasi mulai dari irama tradisional hingga soundtrack untuk perusahaan film Cathay Keris yang merupakan anak perusahaan dari Cathay Holding Organization. Salah satu lagunya pada film Dang Anom memenangi penghargaan pada Festival Film Asia ke-9 di Seoul, Korea Selatan di tahun 1962.
Setelah itu, tahun 1964 ia memutuskan untuk tidak lagi bekerja di perusahaan tersebut, setelah itu ia fokus mengajar seniman-seniman muda tentang musik.
Ia telah membuat karya musik mencapai 1.500 judul, dan yang dipublikasikan mencapai 1.000 judul.
Baca Juga: Behram Abduweli, Pemain Muslim Uighur yang Jebol Gawang Indonesia
Lagu-lagu ciptaan Zubir Said yang terkenal, terutama di Singapura, antara lain, Sang Rembulan, Sayang Disayang, Cinta, Selamat Berumpa Lagi, Nasib Malang, Setangkai dan Kembang Melati.
Akhir Hayat
Zubir tutup usia pada usia 80 tahun di Joo Chiat Place, Singapura, tepatnya pada tanggal 16 November 1987, setelah menderita penyakit lever. Ia dikubur di pemakaman Pusara Aman di Choa Chu Kang 56 Singapura.
Ia meninggalkan seorang isteri, empat orang putri, dan seorang putra. Kehidupan Zubir Said dan semangatnya sebagai musisi, didokumentasikan dalam sebuah buku yang berjudul Zubir Said: His Songs.
Atas dedikasinya yang begitu tinggi di bidang musik si Singapura, Zubir dianugerahi beberapa penghargaan. Pemerintah Singapura amat menghargai jasa-jasanya. Pada tahun 2004, patung Zubir pun dipajang di depan Istana Kampung Gelam, sebuah national heritage puak Melayu Singapura warisan abad ke-19.
Setiap tahun, pemerintah Singapura mengundang para wartawan termasuk dari Indonesia untuk mengunjungi istana tersebut. Banyak wartawan dari Indonesia yang datang ke sana, dan baru kali itu pula tahu bahwa pencipta lagu kebangsaan Singapura Majulah Singapura adalah Zubir Said, orang Indonesia berdarah Minang.
Tentang Zubir Said, Hasril Chaniago dalam buku “101 Orang Minang di Pentas Sejarah” (Padang: Citra Budaya, 2010), menulis, “Sepanjang lebih setengah abad karier musiknya, Zubir mencipta sekitar 1.500 lagu dan telah melahirkan ratusan murid, termasuk penyanyi legendaris Malaysia, P. Ramlee”.
Untuk mengenang jasa-jasanya, bertepatan dengan tanggal kelahiran Zubir Said, 22 Juli 1907, maka pada tanggal 22 Juli 2014 ilustrasi fotonya dijadikan sebagai halaman depan google searching Singapura. Selain itu, juga ada nama Jalan Zubir Said Dr di Singapura.
Belum diperoleh informasi apakah Zubir meninggal sebagai warga negara Singapura atau tetap berkebangsaan Indonesia. Namun yang jelas, Minang khususnya dan Indonesia umumnya, patut berbangga, salah satu putera terbaiknya telah memberikan sumbangsih untuk bangsa lain, melalui karya lagu dan musik. Dari berbagai sumber. (T/roy/P4).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)